Suara besi barbel terdengar beradu saat diletakkan, alat Lat pulldown bergesek dan berdenting naik turun, dentum musik remix berpadu seruan instruktur senam aerobik bergema di ruang gym.
"Five, six, seven and eight....., exhale! Done!" Aba-aba sesi pendinginan selesai diteriakkan. Qiren berada di antara sepuluh wanita pekerja kantoran yang baru saja selesai mengikuti gerak aerobik sore itu. Peluh membasahi mulai dari kening hingga punggungnya. Napasnya terengah-engah. Sambil selonjoran di sudut ruangan, Qiren menghabiskan air mineral di botol minumannya.
"Aiih, mau selangsing apalagi sih Ren, udah deh lo diforsir amat sih." Alin melemparkan handuk kecil ke muka sahabatnya itu.
"Aduuh, pengantin baru. Lo juga masih rajin aja nge-gym, biar kuat berapa ronde, Bu?"
"You can't imagine, Dear ..." goda Alin tersenyum penuh arti dan dilempar balik Qiren dengan handuk kecil yang kini penuh dengan sisa keringatnya.
"Yuk ah, treadmill ..." Masih semangat, Qiren melangkah menuju alat lari di tempat dan mengatur kecepatan dan sudut ketinggian yang akan dilakukannya.
"Nggak ah, gue mau sauna aja ..." Alin melenggang masuk ke dalam ruang ganti.
Qiren mulai berjalan pelan dan makin lama semakin meningkatkan kecepatan. Sepuluh menit berlari tiba-tiba pundaknya ditepuk seseorang.
"Hai nona gorgeous ..." Suara itu mampu membuat Qiren menghentikan larinya dan berpaling cukup cepat sehingga ia hampir terjatuh karena mesin masih bergerak.
"Eiits ... hati-hati dong cantik ..." ujar pemilik suara berat itu langsung menekan tombol off di mesin treadmill dan menopang lengan bawah Qiren yang masih diam terpana.
"Harry ..." Nama itu terucap lirih bagai diterpa semilir angin.
"Miss me?" tanya Harry mengeluarkan senyum yang sanggup melemahkan pijakan kaki Qiren. Manajer Treasury itu mengerjap mengembalikan kesadarannya dan menepis lengan Harry. Qiren tersenyum canggung dan perlahan mundur.
"Kok ada disini?" Qiren berusaha terlihat ketus.
"Jemput lo dong," jawab Harry santai dan menampilkan mimik jenaka.
"Ha? Kenapa?" Qiren mempertahankan kejudesannya dan menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Gue kangen Ren ..." Tangan Harry terulur hendak menggenggam jemari Qiren, namun kedua tangan Qiren kukuh bersedekap.
"Lo ada masalah sama cewek lo?" tuding Qiren membuat tangan Harry langsung terkulai lemas.
"Hmmm ..." Harry sibuk menggaruk tengkuknya salah tingkah.
"I'm sorry ... you better go now..." Qiren mengelak mundur meminta Harry pergi.
"Ren, jangan gini, gue butuh lo!" Harry menarik lengan Qiren dan sorot matanya terlihat memelas.