Melepas Bayangan

Nurul Fitria
Chapter #14

#14

Qiren baru saja turun dari taksi online ke salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, berniat menghabiskan waktu di salon memanjakan rambut dan kulit wajahnya untuk melepas suntuk setelah kejadian tadi pagi di taman.

Baru tiga anak tangga yang ia tapaki untuk masuk ke dalam mal, terdengar teriakan suara pria yang dikenalnya dari arah bawah. Qiren menoleh dan melihat Ferdy sedang mengejar seorang wanita. Matanya membelalak keheranan melihat adegan kejar-kejaran itu, terlebih mendengar nama wanita yang diucapkan Ferdy.

"Chika? Gue gak salah dengar kan? Si Ferdy bilang nama Chika? Dia ngelindur? Siapa yang dia kejar itu?" Memutuskan tidak jadi masuk, Qiren balik badan dan ikut mengejar Ferdy.

"Hei, jangan lari! Chika! Gue kangen!!" Ferdy makin bersemangat lari dan terus meneriakkan nama kekasihnya. Wanita yang dikejarnya makin mempercepat larinya hingga ke jalan raya. Wanita itu ragu menyebrang dan sebuah mobil yang tengah melaju langsung menekan rem dan klaksonnya bersamaan sebelum berhenti tepat di depan si wanita.

"Ccciiittt!! Tiiiiin!!" Decit ban mobil yang mengerem terdengar cukup keras. Si wanita selamat. Ferdy seketika menghentikan larinya begitu melihat mobil itu hampir menabrak si wanita. Ingatannya mundur pada saat ia mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa Chika. Wajah tampan Ferdy pucat pasi, napasnya tersengal, pandangannya menjadi kabur dan ia jatuh tergeletak.

"Si bodoh itu! Ferdy!!! Ferdy!!" Qiren menghambur menghampiri dan menepuk pipi Ferdy berulang kali.

"Chika ... itu Chika ..." ujar Ferdy lemah dan kesadarannya hilang.

Orang-orang berkerumun, termasuk si wanita yang tadi ketakutan. Ia penasaran kenapa pria asing itu mengejarnya.

"Mbak, Mbak kenal sama dia?" tanya Qiren begitu melihat sosok si wanita yang mengintip di antara orang yang berkerumun.

"Sumpah gak tahu. Dia tiba-tiba mengejar saya, padahal nama saya juga bukan Chika," kata wanita itu menggeleng cepat, tampak badannya gemetar antara hampir ditabrak mobil dan ketakutan karena dikejar.

"Mbak gak apa-apa?" tanya Qiren lagi sambil mengamati wajah si wanita. Pantas saja Ferdy seperti melihat hantu. Wajah wanita itu memang mirip almarhumah Chika, kekasih Ferdy dulu, hanya saja ada tahi lalat kecil di bawah matanya yang membedakan dia dengan Chika.

"Ya, saya gak apa-apa. Dia temannya Mbak? Kenapa dia begitu?"

"Maafkan dia ya Mbak, sepertinya dia salah mengira Mbak adalah kenalannya." Qiren mengatupkan tangan tanda ia mewakili Ferdy menyesal atas perbuatannya. Untungnya wanita itu mengiyakan dan tidak memperpanjang masalah. Qiren meminta tolong beberapa orang untuk menggotong Ferdy ke tempat teduh sementara ia menelepon Benu sang CEO mal yang ia datangi untuk segera turun dari ruangannya menolong Ferdy.

***

Ferdy membuka matanya perlahan. Sebuah ruang kerja minimalis berwarna monokrom yang maskulin serta berpendingin ruangan yang cukup sejuk membuatnya mengernyit karena ia tak mengenali dimana ia berada saat ini. Ia memegang dahinya yang terasa dingin oleh sebuah handuk basah. Ia melirik ke samping. Segelas teh panas dan semangkok nasi soto yang harum menyeruak indera penciumannya.

"Udah siuman lo?" tanya Benu sambil tetap duduk di kursi kerjanya sibuk mengetik di laptop.

Lihat selengkapnya