Qiren benar-benar menepati ucapannya. Sudah tiga minggu ini ia membatasi pertemuannya dengan Ferdy. Jika ia seharian di ruangan, maka ia akan mengirim Ferdy tugas canvasing sampai sore. Pun sebaliknya, Qiren memilih pergi bersama sales retail ataupun corporate, me-maintain nasabah ke pabrik, apapun asalkan tidak harus bertemu muka dengan lelaki dari masa lalunya itu.
Semaksimalnya mereka berdua dalam mode menghindar, tetap saja ada beberapa momen dimana mereka terpaksa bertemu seperti dalam rapat koordinasi dengan divisi lain, kunjungan ke nasabah yang mengharuskan mereka berdua untuk hadir, dan juga rapat dengan kantor pusat.
Seperti hari itu, ada kunjungan CEO dari kantor pusat selepas jam kantor nanti. Kesibukan di cabang sudah terlihat sejak tadi pagi, mulai dari pemasangan spanduk, menghias area teller dan customer service, hingga panggung kecil tempat sang CEO akan memberikan sambutan dan wejangan, juga meja panjang tempat akan diletakkan barisan hidangan prasmanan untuk makan malam ramah tamah nanti.
Di saat divisi lain sibuk menata ruangan dan membereskan segala berkas yang berserakan, tidak demikian dengan ruang Treasury. Hingga tengah hari Ferdy dan Qiren sibuk dengan pekerjaan dealing harian, tidak ada waktu untuk menghindar. Mereka berusaha bersikap profesional saling bekerjasama karena Bowo dan Yuni baru datang dari tempat nasabah.
"Mbak Qiren ... ruangan kita berantakan amat ya? Nanti Big Bos datang gimana urusannya ini?" keluh Yuni.
"Lo mau beres-beres sekarang?" Sorot mata elang Qiren membuat Yuni berlindung di belakang Bowo.
"Energi gue habis Mbak." Yuni mencoba mengelak.
"Ya udah, apa adanya aja, lagipula percuma diberesin, besok juga berantakan lagi. Sebetulnya bagus kan, kelihatan kalau di ruangan ini paling rajin kerja. Kalau terlalu rapi nanti si Bos malah curiga kita kerjanya terlalu santai."
"Iya juga sih, tapi setidaknya ada bunga gitu Mbak ... biar segar ruangan kita," cicit Yuni, masih di belakang Bowo.
"Gampang, Fer ... main ke ruang legal sama UKM dong, di sana banyak bunga buat di meja. Gak akan keberatan kali kita ambil beberapa," saran Qiren setelah berpikir sesaat.
"Kok gue?"
"Mbak Neta, Jessie, Vonny ... cewek-cewek itu gak bakal nolak permintaan lo. Percaya deh," ujar Qiren mengibaskan tangannya, melengos begitu saja ke ruang kerjanya.
"Huahahaha, benar tuh. Mereka fans garis keras lo Bang Fer. Sekalian pedekate aja, siapa tahu ada yang nyangkut." Tawa Yuni merebak, merasa geli mendengar penuturan bosnya tadi.
"Yun ... itu angkatan emak gue semua!" Ferdy memelotot tidak terima. Ia yakin ini upaya Qiren untuk mempermalukannya.
"Yaaa, tapi kan naluri sebagai cewek mah gak peduli dia ABG atau dewasa, lihat makhluk ganteng mah ya disosor aja," lanjut Yuni masih terkekeh.