Melepas Bayangan

Nurul Fitria
Chapter #20

#20

Rumah orang tua Qiren pada malam Natal kali ini benar-benar ramai. Hampir semua saudara sepupu, om dan tante dari pihak ibu datang pada sore hari sedangkan saudara dari pihak ayah datang malamnya. Maklum, karena orang tua Qiren termasuk anak paling besar di keluarganya masing-masing, jadi setiap ada acara besar pasti mereka berkumpul di rumah Qiren di Bandung. Aneka hidangan tersaji mulai dari pizza, steak, makaroni schotel sampai salad buah dan es krim memenuhi meja makan.

Para keponakan yang balita sampai anak SD sibuk menghias pohon Natal dan bermain mencari toples mini berisi kukis manusia salju yang disembunyikan Qiren di beberapa tempat. Anak baru gede hingga para lajang usia kepala dua berebutan mikrofon ingin mengeluarkan suara terbaik mereka menyanyikan kidung Natal, sedangkan beberapa orang tua memilih mengikuti misa malam Natal di gereja. Qiren termasuk kumpulan lajang yang memilih kloter dua, akan melakukan kebaktian Natal esok pagi.

Derai tawa memenuhi penjuru rumah Qiren. Wanita itu pun ikut tersenyum melihat suasana yang penuh kehangatan yanag terjadi setahun sekali ini, tapi entah kenapa salah satu sudut hatinya terasa kosong di antara semua keriaan ini. Sejak Nando keluar dari mobilnya malam itu, hingga kini ia tidak dapt menghubungi kekasihnya itu. Ponsel Nando selalu berada di luar jangkauan bahkan tidak aktif sama sekali. Berbagai pikiran jelek menghiasi benaknya. Bagaimana jika Nando sakit? Atau ia mendadak ditugaskan kembali Jepang? Atau ia dijodohkan dengan wanita lain?

Ponselnya berbunyi tanda pesan masuk. Qiren menggeleng mengusir semua pikiran tak berdasar itu. Dibukanya aplikasi pesan dan ia mengembuskan napas lega. Pesan dari orang yang dinantinya.

"Merry X-Mas Rena sayang, besok siang kita jadi ketemuan ya, besok pergi bareng Benu aja, gue nyusul, ok. Miss you ..." Qiren tersenyum dan meneguk sampanye yang dari tadi dibiarkan di meja. Wajahnya kembali cerah dan Qiren pun bergabung bersama saudara-saudaranya menyerbu meja makan.

***

Dua buah pohon Natal yang berdiri di samping kiri dan kanan altar dengan hiasan bintang di tiap pucuk pohon dan tumpukan kado di bawahnya seolah menjadi pengawal pastor yang sedang berkhotbah pagi itu. Lilin-lilin berwarna merah yang berada di sekeliling altar, wreath berukuran mini terbuat dari dedaunan kering dipadukan dengan pita berwarna merah dan emas yang tergantung di tiap ujung kursi menambah nuansa syahdu dan khidmat misa pagi itu. Qiren terlihat khusyuk berdoa memohon agar ia selalu bahagia, dan hubungannya dengan Nando langgeng.

Misa yang dimulai sejak jam delapan pagi tadi berakhir jam sepuluh. Setelah beramah tamah sebentar dengan jemaat lain yang ia kenal, Qiren berpisah dengan saudaranya dan pergi bersama Benu dan Cheryl ke restoran untuk bertemu dengan Nando.

"Ini benaran Nando ada di Indo? Kok dia nggak info sebelumnya sih? Lo doang yang dikasih tahu? Pilih kasih, huh!" Benu merengut menatap sinis Qiren. Ia sama sekali belum tahu adanya hubungan selain persahabatan yang terjalin antara dua orang temannya itu.

"Hihi, Cheryl ... lo nggak cemburu lihat Benu kangen banget sama Nando?" ledek Qiren.

"Yakin Ben, lebih milih Nando?" Cheryl mengedipkan sebelah matanya.

"Diiih, gue masih normal ya, apalagi ada wanita menawan seperti kamu, nggak mungkin lah gue berpaling, ya kan honey?" Benu merangkul Cheryl dan mengecup bibir tunangannya itu.

Lihat selengkapnya