Melepas Bayangan

Nurul Fitria
Chapter #21

#21

"Ya, lo nggak salah dengar. Ini buku nikahnya kalau kalian nggak percaya." Wanita itu mengangguk pada pria yang membawa map tadi. Sang pria yang merupakan pengawalnya memberikan map itu pada Qiren. Dengan pikiran kosong Qiren membuka map itu dan tangannya bergetar membaca buku nikah yang bertuliskan nama Nando dan wanita itu.

"Ia menikahi gue begitu tahu gue mengandung anaknya, tapi rupanya hatinya belum sepenuhnya buat gue karena ada wanita lain. Walau begitu, gue tetap akan mempertahankan dia karena dia adalah suami gue, ayah dari anak di dalam perut gue. Jadi sebaiknya, lo jangan ganggu rumah tangga gue dan menghilang dari Nando selamanya. Paham??" jelas wanita itu dengan tenang dan tatapan tajam juga senyum sinis.

Rasa sesak menghunjam dada Qiren, bendungan air mata hampir melesak keluar. Qiren menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya geram.

"Nando, ayo pulang sayang, atau kau akan menyesal!" ujar wanita itu dingin sambil berjalan angkuh meninggalkan restoran. Nando berdiri dan berusaha meraih tangan Qiren, akan tetapi kalah cepat dengan tinjuan super cepat dan keras yang melaju dari tangan kanan Qiren menuju pipi kirinya. Tidak sia-sia rupanya hasil berlatih kick boxing yang dijalaninya saat program penurunan berat badannya dulu. Sudut bibir Nando berdarah.

"Anj*** lo memang Nan!" Benu meneruskan mengambil kerah kemeja Nando, menghajarnya hingga temannya itu terkulai tanpa melawan. Nando terisak dan berlutut di hadapan Qiren.

"Maafin gue Ren. Gue khilaf karena mabuk waktu itu. Dia anak kolega bokap dan dia memang dijodohkan sama gue demi bisnis. Gue nggak bisa melepaskan pernikahan ini atau bisnis bokap bakal hancur dan ... bokap sedang sakit parah, gue nggak bisa kalau beliau nantinya ..."

"Alasan lo Nan!! Bukan berarti lo bisa jadiin Rena pelarian lo kan, bang***!!" Benu kembali menendang Nando. Beberapa pengunjung restoran dan karyawan restoran tidak ada yang berani mendekat untuk melerai, mereka semua terpaku dan penasaran dengan akhir drama di pagi Natal itu.

"Gue benar mencintai lo Rena, gue sedang menunggu bayi itu lahir dan bokap sembuh, baru gue bisa menceraikannya! Kumohon, Rena ..." Nando kembali berlulut dan memegang kedua kaki Qiren sambil tersedu-sedu.

"Jangan gobl** jadi cowok Nan! Lo harus bertanggung jawab menjadi ayah dan suami. Lo itu sudah bersumpah di hadapan Tuhan, nggak bisa segampang itu bilang cerai! Cepat susul istri lo dan jangan pernah nunjukkin lagi batang hidung lo di depan gue. Lo lebih brengsek dari Ferdy. Pergi dari sini sekarang juga!!!" Akhirnya Qiren meledak. Cheryl memeluknya agar ia tidak menerjang cowok yang berlutut di depannya itu.

"Gue nyesal kenal lo Nan!" Benu menyeret Nando keluar.

Nando keluar restoran dengan muka ditekuk. Bersamaan dengan itu, sepasang mata yang mengenalinya hendak memanggil, tapi diurungkannya karena melihat wajah lebam yang menghiasi wajah Nando dan lelaki itu masuk ke sebuah mobil dengan gusar.

Ferdy yang datang bersama saudara-saudaranya untuk makan siang di restoran merasa penasaran apa yang menyebabkan Nando babak belur seperti itu. Masuk restoran paling akhir dan menyuruh para sepupunya untuk mencari tempat, Ferdy celingukan mencari wajah-wajah yang mungkin ia kenali. Benar saja, ada Benu yang sedang menenangkan seseorang yang sedang tersedu sedan.

"Hai Ben ..." panggil Ferdy ragu. Benu menoleh dan orang yang sedang menangis itu ikut mendongak.

Lihat selengkapnya