Lukisan digital raksasa yang terpampang dari gedung Seoul Square menyita perhatian Qiren yang sedang menyesap kopi panasnya dari salah satu spot berbentuk lingkaran di tengah Seoullo 7017, jalan layang yang menghubungkan area ke barat dan timur Stasiun Seoul yang direnovasi menjadi taman kota dengan pepohonan dan bunga. Langit malam kota Seoul terlihat jernih tanpa sapuan awan. Kerlap-kerlip bintang yang samar muncul menghiasi wajah langit membuatnya semakin memukau.
Seharusnya pemandangan seperti ini membuat dirinya damai, tapi rupanya gejolak yang dirasakan hatinya terlalu membara untuk ditenangkan oleh suasana malam kota yang penuh warna. Semua emosi yang berkecamuk saat ini tidak akan terjadi seandainya saja sore tadi pertemuan itu berlangsung tanpa kehadirannya.
Ini adalah hari terakhirnya bertugas sebagai wakil direktur divisi Treasury cabang Seoul di salah satu bank swasta Indonesia yang merger dengan sebuah bank swasta Korea. Suasana pesta perpisahan yang digelar untuknya di salah satu restoran barbeku terkenal di Gangnam oleh rekan-rekan kerjanya berlangsung menyenangkan dan mengharukan, tetapi semua kebahagiaan yang dirasakannya menguap dalam sekejap karena hadirnya perwakilan perusahaan iklan yang akan bekerja sama dengan kantornya untuk membuat iklan produk terbaru bank mereka. Ingatannya memutar mundur peristiwa tiga jam lalu itu.
"There she is! Bu Qiren, let me introduce you the Head of Shine and Bright, the ads company that will handle our ads next week." Bapak Kepala cabang bersemangat melambaikan tangannya memanggil Qiren yang baru kembali dari toilet.
Wakil direktur Treasury itu tergopoh mendekati dua orang yang berdiri membelakanginya. Orang yang disebut oleh Pak Kepala cabang seketika memutar badannya dan mengulurkan tangan sembari tersenyum tipis, tapi pandangannya langsung membeku begitu melihat sosok di depannya.
"Oh hi, nice to ..." Qiren pun menggantung ucapannya dibarengi ekspresi yang tak kalah terkejutnya mendapati pria yang berdiri di depannya bukanlah orang yang asing baginya.
"And this is Kim Hye Jin-ssi, model for the ads as well as Mr. Ferdy fiancee," jelas Pak Kepala cabang memperkenalkan wanita yang berdiri di sebelah pria tinggi tersebut.
Mendengar nama pria yang sudah lama absen dari pendengarannya semakin meyakinkan Qiren bahwa orang yang ada di hadapannya itu adalah orang yang pernah ia kenal. Jeda tiga detik cukup untuk membuat Qiren kembali ke dunia nyata dan bersikap profesional.
"Ah, joesonghamnida. Annyeonghaseyo, pangapseumida Kim Hye Jin-ssi, Ferdy-ssi." Qiren menarik tangannya yang menggantung di udara, mengubah sikap perkenalannya dengan membungkukkan badannya pada kedua orang itu.
"Annyeonghaseyo Qiren-ssi. Aah, Mr. Parengkuan said that it's your farewell party? What a pity! Is Seoul unpleasant you?" Model iklan bertubuh semampai itu menjawab dengan angkuh versi model papan atas setelah melihat reaksi Qiren dan Ferdy saat keduanya bertatapan.
"Aniyo, i just transferred back to Jakarta," sahut Qiren tersenyum tipis.
"Oh I see. Good luck for you, then." Ujung bibir Hye Jin membentuk seringai mendengar jawaban sang wakil direktur.
"Gamsahamnida," jawab Qiren singkat. Ia merasa wanita di depannya itu mengeluarkan aura permusuhan.
"Please have a seat and join us," ajak Pak Parengkuan semringah.
"Thank you Pak, but we've already reserved table upstairs, so please excuse us. See you next week Pak Parengkuan, Bu Qiren," tolak pemilik perusahaan iklan itu berbicara setelah dari tadi bungkam dan hanya menatap Qiren penuh arti. Mengangguk sopan pada Pak Parengkuan dan Qiren, dengan senyum berwibawa Ferdy beranjak undur diri menuju lantai dua bersama nona model iklan itu.