Ferdy mematut dirinya di depan cermin. Sudah tiga puluh menit ia bolak balik memeriksa penampilannya. Tidak ada cela sebenarnya dari ujung rambut hingga ujung kaki, semuanya sempurna. Mulai dari rambut bergaya Slicked-Back Undercut yang atasnya diberi pomade agar tidak goyah tertiup angin, wajah yang segar setelah ditempel masker, kemeja warna baby peach berpadu jaket semi jas hitam, celana panjang corduroy hitam dengan potongan regular fit, dan sepatu blucher hitam yang melengkapi tampilan maskulin bos perusahaan periklanan itu malam ini.
Senyum terus terbingkai di wajahnya. Ia baru saja menelepon Benu mengecek persiapan akhir untuk acara istimewa yang akan terjadi sekitar dua jam lagi. Benu dan Cheryl serta orang tua Ferdy dan juga orang tua Qiren sudah siap di tempat yang sudah di pesan Ferdy dari minggu lalu. Ya, lelaki itu berencana akan melamar Qiren setelah jurus-jurus pendekatannya disambut baik oleh wanita itu. Pemilik kafe itu tidak tahu sama sekali tentang acara kejutan ini. Ferdy hanya memintanya untuk menemaninya datang ke pesta pernikahan koleganya.
Setelah menenangkan dirinya, Ferdy melajukan mobilnya menuju kafe COMITEA. Lalu lintas ke arah kafe yang merangkap rumah Qiren itu terlihat ramai, apalagi di hari Sabtu malam, jamnya orang-orang mulai merambah jalan menikmati akhir minggu. Lepas dari tiga lampu merah, antrian mobil mulai merayap di jarak 300 meter mendekati kafe. Ferdy semakin deg-degan, dari jauh ia bisa melihat siluet Qiren yang baru keluar kafe dengan gaun model princess seam dress warna jingga dan sepatu sling back heels yang senada dengan bajunya.
Tujuh mobil yang berjalan pelan di depannya sangat menguji kesabaran Ferdy. Dilihatnya Qiren berjalan mendekat pada mobil yang berhenti di depan kafenya, sepertinya pengemudi mobil itu bertanya sesuatu padanya, lalu adegan selanjutnya benar-benar di luar perkiraan. Qiren ditarik paksa masuk ke mobil itu!
"Aah, apa-apaan ini? Tolong!!" seru Qiren panik. Dalam satu tarikan kuat oleh si pengemudi yang tak terlihat jelas, Qiren ditarik ke dalam mobil. Pintu dibanting dan mobil melaju kencang menyalip mobil lain yang ada di depannya.
"Ha?? Apa itu?" Ferdy membelalak dan segera keluar mobil berlari ke arah kafe tanpa peduli kondisi mobilnya masih menyala.
Romi yang tadi berjaga di pintu masuk kafe dan melihat kejadian tak terduga itu langsung menghambur keluar dan berusaha mengejar mobil sedan hitam yang menarik paksa bosnya.
"Hooi!! Bangsat! Turunin bos gue!! Anj***!" teriak Romi sambil berusaha menyalakan mode video pada ponselnya berupaya mengambil gambar mobil yang diduga penculik itu, tapi karena panik dan gemetar, ponselnya tidak bisa diajak kerjasama.
"Romi!!! Itu Qiren dibawa siapa?" Nada suara Ferdy melengking menghampiri Romi yang berdiri di tengah jalan.
Lalu lintas menjadi macet. Banyak mobil berhenti penasaran melihat apa yang terjadi. Beberapa pengunjung kafe keluar mendekati Romi dan Ferdy. Dua orang yang berada di mobil persis di belakang mobil sedan hitam tadi buru-buru keluar.
"Mas! Itu kayaknya cewek tadi diculik ya? Kalian sempat lihat plat nomornya? Saya berhasil memotretnya!" seru wanita yang keluar dari mobil tadi.
"Saya juga tahu jenis mobil dan warnanya!" sambung pria di sebelahnya.
"Oke, coba kirim ke saya Mas, Mbak!" ujar Romi sigap.
"Ya Tuhan! Kenapa Qiren? Romi, tolong hubungi polisi! Gue ... gue bakal coba kejar mereka!" Ferdy berusaha tenang, setelah itu kembali berlari ke mobilnya.