Pagi sudah menyapa. Kesibukan di rumah sakit mulai terlihat. Ferdy membawa dua gelas teh manis panas dan dua mangkok bubur ayam. Ia membuka pintu mobil dan melihat ke arah kursi penumpang. Qiren masih terlelap berselimutkan jaket Ferdy. Lelaki itu menyimpan teh dan buburnya di kursi belakang. Tanpa bicara ia duduk di kursi pengemudi sambil menatap penuh sayang pada wanita di depannya itu.
Mata Qiren berkedut dan hidungnya kembang kempis. Perlahan ia membuka matanya dan pandangan kedua manusia itu beradu.
"Kok bangun?" tanya Ferdy lembut, jarinya menyingkirkan poni yang menutupi sebagian mata Qiren.
"Ada bau-bau makanan ya?" Qiren balik bertanya beringsut membenahi duduknya.
Krruukk!! Suara perut Qiren nyaring terdengar. Ferdy terkekeh dan sigap mengambil bubur di kursi belakang.
"Ayo, kita sarapan dulu."
"Tapi, mau cek dulu Mama di dalam."
"Udah sama gue tadi. Papa juga udah datang, dan gue udah minta izin buat bawa lo pulang duluan. Jadi sekarang, lebih baik kita isi perut dulu oke?"
Selesai menghabiskan sarapan, Ferdy mengeluarkan mobilnya dari area parkir rumah sakit. Macetnya kota Bandung masih tidak separah ibukota. Ferdy menyetir tanpa buru-buru.
"Fer, katanya mau antar gue pulang, ini kan bukan jalan ke arah rumah gue? Mau ke mana?"
"Kita ke suatu tempat dulu, ya. Gue pengin tunjukin sesuatu ke lo."
"Ke mana? Memang lo gak harus balik ke Jakarta sekarang? Kerjaan lo gimana?"
"Hei, I'm the boss. Gue bisa kerja dari mana aja. Kita bakal ke tempat spesial. Lo pasti suka!"
"Gue gak akan bisa ngedebat lo, kan? Baiklah, gue nurut."
"Good girl!"
Empat puluh lima menit kemudian, mobil Ferdy tiba di sebuah bangunan tua khas Belanda yang masih terawat.
"Lho, panti asuhan? Lo ngapain ke sini? Mau donasi ya?" Qiren mengernyit sambil membuka sabuk keselamatannya.
"Ayo, turun!" ajak Ferdy sambil menurunkan beberapa kantong plastik berisi cemilan yang tadi sempat dibeli di minimarket.
Mereka berdua berjalan memasuki gedung panti asuhan dan bertemu dengan resepsionis. Setelah Ferdy menyatakan maksud kedatangannya, resepsionis itu membawa Ferdy dan Qiren menemui Kepala panti.
"Selamat Pagi Bu!"
"Ah, Ferdy! Lama sekali kamu gak pernah datang ke sini, apa kabarmu, Nak?"