MELEPAS HARAP

Deya Nurfadilah
Chapter #2

Harap 2 : Rahmat Allah untuk Hamba

Humeyra duduk terdiam diapit dua orang, kakaknya dan satu teman Kak Aisyah. Saat ini Ali benar-benar duduk tepat di belakang nya, baik Humeyra atau Ali hanya bisa bungkam walaupun mata mereka saling menatap. Padahal Humeyra ingin sekali berbicara dengan Ali, apapun itu pembahasan nya.

Satu tahun lalu berjalan cerita cintanya dengan Ali seperti tidak akan pernah usai, tapi nyatanya takdir berkata lain. Lebih tepatnya sifat Humeyra yang berubah, saat itu entah gerakan dari mana Humeyra ingin menyudahi hubungan nya dengan Ali, banyak berita beredar tentang kedekatan Ali dengan teman perempuan di tempat kerja Ali, yang aneh nya ia bosan terus berjumpa dengan Ali yang dari hari ke hari terasa tidak berwarna lagi baginya. Awal nya Humeyra menepis semua pemikiran untuk mengakhiri hubungan tersebut karena Humeyra tahu sebosan apapun ia kepada Ali bukan berati rasa cinta di hatinya hilang. Hanya saja disinilah titik jenuh dalam pacaran maka dari itu Humeyra tidak ingin menyesal melepaskan Ali begitu saja, Humeyra pikir rasa cinta itu akan tumbuh kembali seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata Ali mewujudkan itu, mengakhiri hubungan mereka tepat satu tahun anniversary, dengan berani nya Ali datang ke rumah meminta izin pada bunda untuk melepas Humeyra dan berhenti mencintai nya.

Jelas keputusan Ali membuat Humeyra terkejut beriring sesal. Tadinya Humeyra menyangka Ali akan berusaha meyakinkan nya lagi bahwa cinta Humeyra untuk Ali masih ada walaupun sekecil biji jeruk. Alhasil cinta itu memang masih ada dalam hati Humeyra, terselip diantara ego nya yang sekarang berubah menjadi sesal.

Satu bulan berlalu Humeyra dikejutkan dengan kabar kedekatan Ali dan Eliza dari Kak Aisyah bahkan dalam waktu dekat setelah putus dengan Humeyra, Ali akan meminang Eliza. Dalam sejarah cintanya, kali ini yang semenyakitkan itu. Mengapa kabar buruk itu datang begitu cepat menambah luka di hatinya semakin dalam?

Hampir tiga tahun Humeyra berusaha untuk mengakhiri sesal nya, berusaha mengubur semua rasa rindu di hati, berusaha untuk mengikhlaskan Ali. Tapi sebenarnya itu sulit, Ali selalu muncul dalam mimpi bahkan membuat Humeyra yakin bahwa mimpi itu membawa pertanda ada kesempatan untuk kembali bersama dengan Ali. Lagi-lagi kenyataan menampar keras harapan Humeyra, Ali sudah melamar Eliza dan akan menggelar pernikahan dalam waktu dekat.

Haruskah Humeyra hadir ke acara pernikahan Ali sedangkan Humeyra sendiri masih belum rela melepaskan Ali? Bila kembali dipikirkan Humeyra takut untuk membuka hati, sekarang saja Humeyra belum menemukan dermaga untuk ia labuhkan cintanya. Belum ada daya tarik dalam hatinya untuk menyukai pria baru selain Ali, belum ada pria yang membuatnya nyaman selain Ali.

Apakah nanti Humeyra akan dipertemukan dengan lelaki sebaik Ali? Sebagaimana sikap Ali selalu membuat amarahnya padam karena sikap lembut Ali padanya.

Humeyra mencoba menyalakan layar ponsel, memantau pesan masuk pada room chat namun sebenarnya bukan itu tujuan Humeyra menyalakan layar ponselnya, melainkan mencoba melihat wajah Ali yang terpantul dari layar ponselnya. Manik Humeyra terbuka lebar saat melihat gerak bola mata Ali jatuh tepat di layar ponselnya, melihat setiap pergerakan Humeyra. Ingin Humeyra menangis saat itu juga.

"Sebelum keberangkatan ke tempat tujuan, mari kita berdoa. Berdoa dimulai," ucap dari pimpinan perusahaan Kak Aisyah.

Semua tertunduk meminta penjagaan pada yang Kuasa saat di perjalanan. Sontak Humeyra pun ikut menunduk berdoa. Jika yang lain berdoa untuk keselamatan selama diperjalanan, doa Humeyra berbeda. Harapannya masih menyala untuk Ali, hatinya masih tertuju untuk Ali, penyesalan nya membekas begitu jelas. Ia menginginkan kesempatan yang Tuhan berikan untuknya, maka tanpa berkata lain akan Humeyra perbaiki apa yang salah lalu membangun cinta yang sebenarnya. Jujur, kembali bertemu dengan Ali membuat Humeyra memaksa ingin kembali, meskipun bibirnya bungkam namun hatinya tak henti berteriak menyuarakan Ali untuk kembali menoleh ke belakang.

Jikalau kesempatan terakhir itu ada, mohon kembalikan hati dia yang dulu, kembalikan perhatian dia yang selalu membuat diri ini tenang, kembalikan senyuman dia yang hanya ditujukan untukku membuat mata ini berbinar terang, kembalikan cinta dia yang membuat pundak ku tegap menghadapi dunia. Akhirnya aku tersadar, sekecil apapun perhatianmu mampu memberikan ketenangan untukku. Nyatanya kamu adalah satu-satunya dermaga ternyaman tempat persinggahan kapal hati. Sayangnya kapal terlanjur karam di lautan berduri.

.

.

.

Berjam-jam perjalanan, akhirnya Humeyra sampai ditempat tujuan, niat awalnya Humeyra akan terus membututi Kak Aisyah, nyatanya tidak. Seperti tadi waktu dzuhur, Humeyra berjalan sendiri mencari masjid bermodalkan mengikuti teman Kak Aisyah dari belakang. Kata Kak Aisyah lagi datang bulan dan itu membuat Humeyra kesal. Selain tidak ada teman berbicara, ia tidak bisa bersembunyi di balik badan kakaknya untuk mengintip pergerakan Ali.

Tapi tidak apa, semuanya terbayar saat ia sudah tiba di Mesjid Istiqlal. Ramai sekali orang datang, bisa dibilang seperti akan melihat konser musik, bedanya semua yang datang menggunakan pakaian tertutup, apalagi para wanita, banyak sekali dari mereka menggunakan cadar. Sekali lagi Humeyra menciut, melihat pakaiannya jauh dari kata muslimah.

Pandangan yang membuat Humeyra tertampar sampai-sampai Humeyra ingin menghilang dari tempat ini adalah, melihat kaum adam berwajah tampan nan sejuk. Rasanya Humeyra sedang diajak ke surga. Adam bersarung disandingkan dengan kemeja putih dilengkapi peci di kepala, membuat Humeyra geleng-geleng kepala sambil menutup mata.

Dalam sekejap Humeyra merubah kriteria jodohnya, Humeyra ingin yang seperti ini, walaupun sebatas sarungan tetapi wibawa dan ketampanan tidak luntur sama sekali.

Lihat selengkapnya