Acara berlangsung sampai larut malam, dan pagi ini Humeyra akhirnya bisa kembali ke rumah. Rasa kantuk nya belum terbayarkan, maka Humeyra langsung melampiaskan dengan cara tidur di sopa ruang tamu. Ia tidak peduli baju yang ia kenakan tak diganti, lebih penting memikirkan matanya kurang terpejam semasa di bus tadi lantaran Kak Aisyah dan temannya tak habis-habis mendesaki tubuh Humeyra yang membuat tubuhnya terhimpit tak nyaman untuk memejamkan mata.
"Gimana kemarin? Ada niat buat berubah?" tanya Kak Aisyah di sela terpejam nya. Humeyra mendengar suara kakaknya, namun tidak ada niatan Humeyra untuk menegakkan posisi tubuhnya lantas berbincang serius dengan kakaknya.
"Aku pikir-pikir lagi," jawab Humeyra dengan nada lemah.
"KAK HUMEEEYY!"
Sukses mata Humeyra terbuka lebar mendengar suara cerewet nan lantang menghampirinya, siapa lagi kalau bukan Farid? Pria kecil ini tidak akan membiarkan dirinya bersantai walaupun hanya satu menit saja. Suara melengking itu sukses merenggut jiwanya yang mulai memasuki alam bawah sadar menuju dunia nyata. Jelas jantungnya memompa cepat, menyadari itu Humeyra langsung meyorot Farid dengan tatapan tajam.
"Kak! Tadi aku nemu kucing lucu banget, ayok bangun aku tunjukin sekarang! Keburu hilang kucing nya!" ajak Farid begitu bersemangat bahkan sampai menarik tangan Humeyra untuk bangun dari tempat berbaringnya.
"Yaudah sama kamu jagain dulu, aku mau tidur sebentar aja." Humeyra hendak menjatuhkan tubuhnya kembali ke kasur namun Farid menarik lengannya mencegah Humeyra untuk kembali berbaring.
"Katanya pengen pelihara kucing, mumpung bunda izinin pelihara kucing Kak Humey! Ayok dong, kalau diambil orang gimana kucingnya?!"
Tiga kata langsung menyihir indera pendengaran Humeyra, kantuk sukses menghilang. Memang memelihara kucing sudah menjadi impiannya sejak dulu, cuman ia harus membujuk bunda agar mendapatkan izin resmi. Alasan pertama yang membuat bunda anti kucing adalah karena kotoran kucing yang baunya sangat menyengat dan jijik. Padahal Humeyra sudah meyakinkan bunda kalau ia yang akan membersihkan semuanya bahkan Humeyra pastikan tidak akan ada bau tidak sedap disekitaran rumahnya.
Kalian tahu? Sudah keberapa kalinya Humeyra membawa kucing ke rumah berakhir di buang kembali ke jalanan, jelas itu membuat Humeyra sedih memikirkan nasib malang si kucing hidup di pinggir jalan.
Cara terakhirnya ia hanya bisa mengandalkan Farid, si anak bungsu yang seluruh permintaannya akan dikabulkan. Dari sekian lamanya ia membujuk bunda, hari ini surat izin memelihara kucing sudah ia dapatkan dari bunda.
"Ayok dimana kucing nya?!" tanya Humeyra langsung beranjak berdiri.
Karena ini pertama ia memelihara kucing, seluruh kebutuhan kucing langsung Humeyra beli. Mulai dari kandang, makanan kucing, alat grooming, semuanya lengkap ia beli bersama Farid. Senyum lebar terpampang jelas di wajah Humeyra, beberapa kali Humeyra meneliti kucing barunya yang berwarna oranye.
"Miaw mulai hari ini kamu aku adopsi ya, karena kamu laki-laki, jadi aku kasih nama Anko." gumam Humeyra, di sampingnya Farid pun ikut meneliti peliharaan barunya sambil tersenyum bangga.
"Bagus kak namanya, aku juga suka." girang Farid setengah melompat. Dengan rasa bahagia Humeyra dan Farid bergegas pulang ke rumah ingin segera mengenalkan kucing lucunya.
Sesampainya di rumah Humeyra berhambur masuk sambil menenteng kandang berisi kucing barunya. Niatnya ingin mengenalkan Anko pada Bunda juga berterimakasih karena sudah mengizinkan memelihara kucing.
"Bundaa! Ini kucing nya namanya Anko. Makasih ya udah izinin Humey pelihara kucing." seru Humeyra sambil menampilkan kucing yang barusan ia ambil dari kandang.
Sedangkan bundanya yang asik menonton televisi menatap sejenak lantas menjerit histeris.
"HUMEYRAAAA! SURUH SIAPA PELIHARA KUCING DI RUMAH?!" teriak bunda membuat kucing yang berada ditangan Humeyra lepas, spontan Humeyra melongo seraya menghampiri Bunda.
"Loh kata Farid bunda sudah izinin Humey pelihara kucing." pandangan Humeyra terbagi antara Farida dan Bunda memastikan lagi kepada Farid bahwa perkataan bocah satu ini benar.
"Bunda nggak pernah bilang seperti itu!" jelas Bunda penuh ketegasan.
"FARIIIDDDD!" teriak Humeyra hendak mengejar adik bungsunya, namun Humeyra sadar saat ini bukan waktunya membalas dendam pada Farid, ia harus mendahulukan izin bunda agar mau memberi izin memelihara satu ekor kucing. Hanya satu saja.
"Bunda terus gimana dong ini? Humey udah beli banyak peralatan buat urus kucing, masa Humey harus buang semuanya?" rengek Humeyra lantas beralih mengambil kucingnya, menunjukkan wajah mungil si kucing mencoba menyihir Bunda agar rasa cinta tubuh di dalam hati sang Ibunda.
"Liat deh, kucing selucu ini bunda tega buang lagi ke jalanan? Humey janji bakal urus sebenar-benarnya kucing ini dengan bersih." Humeyra meyakinkan bundanya berharap kali ini akan berhasil.
"Ya bunda ya?"
"Bunda kasih izin, dengan satu syarat. Masukin kucing nya ke kandang sekarang juga. Bunda nggak mau lihat kucing berkeliaran di ruang tamu, nanti dia pup sembarangan gimana?!"