MELEPAS HARAP

Deya Nurfadilah
Chapter #4

Harap 4 : Sihir Rasa

Setelah salat subuh biasanya Humeyra langsung beranjak ke luar kamar tapi kali ini tidak, Humeyra masih senantiasa duduk di atas sajadah memejamkan mata meresapi setiap dzikir yang terlantun melalui bibirnya. Sejauh ini memang ia terasa jauh dengan Allah, bukan dalam artian ia melupakan semua ibadah yang diperintahkan. Ia tidak seperti Kak Aisyah yang rajin berdzikir, tadarus Al-Quran bahkan selalu mengikuti kajian di masjid.

Humeyra masih banyak kekurangan, tapi kemarin hatinya bergetar hebat hanya karena mendengarkan meriah nya sholawat disetiap penjuru masjid, Humeyra kagum sekaligus merasa sedih melihat beribu-ribu orang rela berdesakan untuk acara tersebut bahkan sampai melantangkan suara menambah kesan merinding bagi Humeyra. Sejak saat itu entah mengapa tanpa berpikir panjang ingin mulai hijrah, memperdalam ilmu agama, Humeyra ingin merubah hidupnya lebih mendekat pada Sang Pencipta. Bukan karena semata-mata ingin mendapatkan laki-laki idaman yang agamis. Tapi, ia juga harus bisa memantaskan diri bila ingin takdir jodohnya berubah.

Perlahan kebiasaan berkerudung Humeyra meningkat, biasanya saat menyapu teras depan tidak menghiraukan rambutnya, kini Humeyra mulai membiasakan memakai kerudung walaupun hanya di depan rumah. Bukan itu saja, kemarin sore Humeyra sempat pergi ke salah satu supermarket untuk membeli juz 'amma berukuran kecil, kembali menghafal surat-surat pendek yang dulu pernah ia hafal kini lupa. Akibat tidak pernah dibaca saat sholat.

“Subhanallah subhanallah,”

Sontak Humeyra terdiam, telinganya menajam kala mendengar suara asing di subuh ini, biasanya setelah adzan sekitar rumah nya langsung kembali sepi, tapi kali ini agak lain. Suara yang berasal dari mic itu sampai terdengar ke kamarnya.

Segera Humeyra berdiri menghampiri bundanya.

"Bun, sudah pindah santri laki-laki?" Tanya Humeyra masih dengan wajah terkejut nya.

"Kayaknya sih udah kemarin malam, tadi bunda liat dari kaca dapur banyakan lagi shalat subuh." jelas bundanya.

Mata Humeyra semakin membesar, "Masya Allah, akhirnya kampung ini dihuni sama pangeran surga." celetuk Humeyra sambil mengangkat tangan layaknya berdoa.

Mendengar ucapan anak keduanya, bunda mengusap lembut wajah Humeyra, "Bisa cuci mata setiap hari ya? Awas jangan lupa kerudung nya dipakai, jaga auratnya. Bukan cuman pengen terlihat alim di depan laki-laki, tapi harus sertakan Allah di hati kamu." bunda menunjuk tepat di dada Humeyra lantas mengelus puncak kepala Humeyra.

"Apa yang kamu kerjakan dan diniatkan karena Allah, pasti membawa dampak baik buat kehidupan kamu sayang, kamu melakukan hal baik jangan beralaskan ingin diakui sesama manusia, sejatinya memang manusia ingin dipuji. Tapi tetap berusaha merunduk supaya tidak sombong dan ilmu yang kamu miliki tidak sia-sia." jelas bunda.

Humeyra mengangguk diiringi senyuman kecil, "iya bun, bimbing Humey ya kalau ada hal salah yang Humey kerjakan."

Bunda mengangguk, "iyah, sekarang beres-beres dulu, habis itu kita ke rumah adik papah bantu-bantu buat acara tunangannya Kak Ayu." perintah bundanya.

Bukannya senang, Humeyra malah menggeleng, "nggak mau ikut deh bun, Humey malu lewat ke kost itu, banyak laki-laki sekarang." tolak Humeyra, ia lebih memilih berdiam di rumah walaupun ia ingin tahu aktivitas santri apa saja? Siapa tahu salah satu dari mereka ada yang menjadi inceran Humeyra.

"Mereka belajar di sini Mey, mana mungkin keluyuran. Kenapa jadi nggak pede gini anak centil Bunda?" goda bundanya.

"Itu dulu kalau sekarang beda bun," Humeyra terkekeh.

"Humey samperin Anko dulu ya, takut pengen pup hihi,"

Seketika mata bunda melotot, "jangan di dalam! Bawa litter box nya ke luar dapur biar dia pup di luar aja Mey!"

"Tapi malu bun,"

"Udah jangan malu-malu, resiko kamu pengen urus kucing."

Humeyra memajukan bibirnya, ia memelihara kucing di waktu yang salah kah? Ternyata kehadiran santri bukan hanya membuat hati gembira tapi membuat dirinya sulit kemana-mana walaupun hanya di depan rumah. Humeyra malu bila menjadi pusat perhatian, apalagi selama ini ia jarang bermain dengan teman laki-lakinya, karena setiap hari Humeyra selalu berdiam di dalam rumah berkutat dengan layar handphonenya.

Apalagi kalau bukan karena pekerjaannya, setiap hari ia harus mengedit foto dan video yang dikirimkan oleh teman satu tim, atau sebagai penghasilan sampingan Humeyra sering mengedit foto selebgram untuk endors di feed instagram mereka. Lebih dari cukup untuk Humeyra menyisihkan sedikit uangnya.

~~~

Sebelum mengeluarkan kucing nya, Humeyra melirik melalui kaca dapur apakah ada santri di luar, meskipun hanya satu orang entah mengapa itu membuat Humeyra sangat malu. Dirasa semuanya aman, dengan gerak gesit Humeyra mengeluarkan kandang sekaligus litter box si kucing. Niatnya sih ingin membersihkan kandang kucing nya, tapi sayang ia urungkan kala mendengar suara riuh laki-laki dari arah kolam ikan.

Namun sebelum berlari melindungi dirinya Humeyra terpaku sejenak menatap laki-laki muncul diantara kain yang menutupi ruangan di kost-an. Laki-laki itu mengenakan jubah berwarna abu tengah menghadap ke arahnya. Humeyra tidak ingin terlalu percaya diri bahwasanya laki-laki itu sedang menatapnya.

Masya Allah itulah lantunan puji yang terucap dihatinya, adakah hal yang lebih indah dibanding memandang orang-orang sholeh? Tapi kali ini tatapannya terkunci pada salah satu lelaki membuat sekujur tubuhnya kaku tak mampu bergerak. Humeyra tahu terlalu lama memandang lelaki ajnabi tidak diperbolehkan, tapi wajah teduh layaknya rembulan itu membuat nya tersihir tak mau berpaling, senyum simpul itu nampak jelas memenuhi manik hitamnya dan menyadarkan bahwa sekarang Humeyra kembali jatuh, iya jatuh cinta untuk kesekian kalinya.

‘Seindah ini ciptaan-Mu duhai Tuhanku, tak kutemukan rasa sedalam ini sebelum ku memandangnya dengan kebutulan. Tapi pantaskah aku untuk bisa bersanding dengan lelaki seperti dia yang sekarang sedang ku tatap indah pahatan wajahnya? Masih adakah kesempatan diri ini untuk berubah menjadi wanita sholehah seperti yang sudah Engkau perintahkan bagi kaum Hawa? Sebagaimana orang-orang mengatakan jika ingin disandingkan dengan laki-laki sholeh maka pantaskan diri untuk bersanding. Maka bukankah dengan cara merayu-Mu duhai Pemilik Hatiku?

Terlalu fokus memperhatikan sosok tersebut suara melengking dari dalam rumah berhasil membuat Humeyra melirik kaget.

"HUMEYRA KERUDUNG!" Pekik Kak Aisyah sambil mengangkat sapu lidi melototkan matanya.

Humeyra menoleh, "astaghfirullah!" seru Humeyra menunduk menutupi kepalanya menggunakan tangan, sial nya Humeyra tidak menyadari ada segerombolan santri sedang berkumpul di salah satu gubuk tepat nya di tengah kolam ikan. Saat itu juga Humeyra langsung beranjak pergi, ia terbirit-birit berusaha menggapai knop pintu dan menghilang dari tempat ini.

"Kenapa sih nggak bilang-bilang kalau mau ke luar?! Kan malu!" gerutu Humeyra sambil mengintip dari kaca. Jelas ia tahu beberapa santri tadi melihatnya lari terbirit karena malu.

Satu pecutan kecil berhasil membuat kakinya merah, "Kamu tuh ya udah kakak ingetin beberapa kali lupa lagi, lupa lagi kalau keluar rumah meskipun hanya ngambil sesuatu harus pakai kerudung, harus!" Omel Kak Aisyah.

"Iya Humeyra lupa, kan dikira belum ada laki-laki di kost-an itu Kak," jawab Humeyra cemberut.

"Ada nggak ada nya laki-laki harus tetep pakai kerudung Mey, kita kan nggak tahu kalau tiba-tiba laki-laki lewat sedangkan kamu dalam posisi tidak berkerudung bagaimana?"

Humeyra menghela nafas, "Iya maaf, lain kali Humeyra bakal inget pakai kerudung,"

"Terus sekarang mereka udah tau auratmu, udah tau bagaimana rambutmu Mey!" Amuk Kak Aisyah namun Humeyra malah dibuat bingung harus bagaimana.

Humeyra menghentakkan kaki sedikit kesal, "Ya mau gimana lagi Kak, orang tadi aku beneran lupa nggak disengaja sama sekali." seru Humeyra membenarkan argumennya.

Lihat selengkapnya