MELEPAS HARAP

Deya Nurfadilah
Chapter #8

Harap 8 : Kegelisahan Hati

Hujan deras akhirnya turun ke bumi berbarengan dengan pulang nya Humeyra sekaligus mengantar beberapa pesanan kerudung. Sebelum melangkah pulang, Humeyra berdiam di salah satu supermarket menunggu hujan mereda. Dirasa mulai mereda, Humeyra mengeluarkan payung nya dan bergegas pulang sebelum hujan kembali membesar.

Tadinya niat Humeyra ingin shalat dzuhur di masjid, berhubung hujan deras menahan para jamaah pria di masjid, karena malu Humeyra urungkan niat tersebut dan memilih shalat dzuhur di rumah. Sepanjang jalan Humeyra memeluk dirinya sendiri, berusaha menghalau rasa dingin masuk ke dalam pori-pori kulit nya. Keadaan sekitar pun mulai mengabut, nyaris tidak terlihat dengan apa yang ada di depan.

Untungnya jarak tidak terlalu jauh, jadi Humeyra tidak harus berjalan lama sampai rumah. Saat sudah memasuki area perkampungan Humeyra bisa bernafas lega, dari kejauhan Humeyra bisa melihat rumahnya, tak bisa dihindari pandangannya juga tertuju pada kost-an, terlihat sepi. Mungkin mereka belum datang.

Samar-samar dari kejauhan Humeyra mendengar derap kaki diiringi suara riuh tawa di belakangnya. Namun, sebelum ia menoleh ke belakang, seorang pria sudah berada di sampingnya ikut berteduh di payung nya. Manik nya dengan manik pria itu bertemu, senyuman manis terukir jelas di wajah pria itu. Tiba-tiba saja Humeyra terkujur kaku, darahnya berdesir membuat jantungnya berdetak tak beraturan.

"Assalamualaikum, ikut berteduh sebentar boleh?" ucap pria itu begitu lembut menyapa telinga Humeyra.

Sejenak Humeyra terpaku, apa yang sedang ia dengar dan lihat sama sekali tidak sinkron. Ia masih tidak percaya pada seseorang yang kini berada di sampingnya juga menatapnya dari jarak dekat. Jelas saja beberapa orang di belakang menyorakinya dengan suara lantang, bersiul seperti orang kegilaan membuat Humeyra tersenyum kikuk. Rasanya Humeyra ingin mempercepat langkah, anehnya setiap langkahnya terasa melambat.

"Habis darimana hujan-hujan? Nanti sakit." ujar pria itu menyadarkan lamunan nya.

"Ini, habis ada keperluan sebentar." jawab Humeyra, tingkah nya terlihat kentara menahan malu juga kecanggungan. Membuat pria di sampingnya kembali tersenyum.

"Yaudah masuk ke rumah gih, sudah sampai toh. Makasih nggeh sudah berbagi payung. Assalamualaikum," ucap pria itu lantas berlari kecil mendahuluinya disusul beberapa temannya yang masih tergelak.

"Waalaikumsalam," sahut Humeyra dengan nada kecil. Tatapan nya masih menetap pada pria itu, berlari kecil sambil menutupi kepalanya dengan sajadah.

"YAAAA SALAAAAMMMM!"

Mendengar teriakan yang bersahutan kembali menyadarkan Humeyra dan langsung berlari memasuki rumah dengan perasaan senang pastinya. Kejadian yang tidak pernah Humeyra duga, bahkan tidak pernah ia pikirkan akan seperti ini. Sepanjang hidupnya yang tidak memiliki warna, selalu mengulang hal dan aktivitas yang sama, hari-hari yang berganti pun tidak ada yang spesial, sama seperti hari-hari kemarin.

Tiba-tiba saja hari ini semua berubah drastis, ada beberapa perubahan dalam diri Humeyra. Sering tersenyum, kehadiran santri menambah semangat hijrah nya, dengan kedatangan mereka Allah gerakan hati Humeyra untuk menutup aurat, merubah seluruh penampilan nya secara totalitas, merubah seluruh kegiatannya menjadi lebih dekat dengan Allah. Humeyra merasakan, doa-doa yang ia panjatkan terasa cepat Allah kabulkan.

Dari situ Humeyra percaya keajaiban Allah itu nyata. Rencana Allah luar biasa dahsyat nya indah, walaupun harus terjatuh lebih dahulu. Tapi dengan takwa nya ia merasa dilapangkan, apa yang ia hadapi terasa mudah untuk dilalui. Humeyra yakin hal yang ia anggap mustahil dengan kun fayakun-Nya akan merubahnya menjadi suatu kemungkinan dalam hidupnya.

~~~

Setelah sholat jum'at sebenarnya Farid ingin sekali bermain. Kalau dulu ia pasti akan lanjutkan aktivitasnya untuk bermain bola bersama teman-teman, namun semenjak amukan bunda lantang di telinganya, Farid sudah jarang lagi bermain bola. Terkadang Farid sembunyi-sembunyi untuk bermain bersama teman-teman tapi pada akhirnya bunda menjemputnya pulang dan berujung omelan.

Maka dari itu, sekarang Farid mempunyai rencana lain. Ia akan menuruti ucapan bundanya untuk pulang ke rumah, setelahnya ia akan meminta izin untuk bermain bola. Kecil kemungkinan ia diberi izin oleh bunda, mengingat hari ini gerimis masih ada setelah hujan besar. Memang itu tujuan utama Farid, bermain bola sambil hujan-hujanan. Ia iri pada teman lain yang dengan mudahnya diberi izin oleh orang tua mereka bermain hujan-hujanan. Sedangkan dirinya sangat sulit untuk mendapati kata 'iya' dari bunda.

Alasan jelas nya takut ia terserang demam. Sepanjang jalan Farid selalu berdoa agar ada keajaiban untuk dirinya, bisa diizinkan bermain. Setiap harinya ia selalu dituntut belajar dan belajar semenjak ia mendapatkan nilai nol pada mata pelajaran matematika, peristiwa inilah yang membuat Farid kapok kala melihat bundanya marah besar bahkan membuat Farid tak bisa menatap bundanya.

"Farid! Rid!" panggil seseorang saat Farid melewati kost-an, tepatnya suara itu berasal dari tempat jemuran. Farid menoleh lantas mendapati si salam sendirian di sana. Farid pun mendekat.

"Ada apa kak?" Tanya Farid.

"Kemarin kemarin kamu mau tanya apa?"

Lihat selengkapnya