MELEPAS HARAP

Deya Nurfadilah
Chapter #14

Harap 14 : Dilema Hati

Hari ini Humeyra akan bertemu dengan Zulfa untuk mengambil beberapa pesanan kerudung nya, seperti biasa mereka akan bertemu di masjid. Karena ini hari jum'at ia meminta pada Zulfa datang lebih awal sebelum salat jum'at dimulai. Sekaligus ia akan mengisi baterai hatinya dengan ilmu-ilmu agama dan satu hal lagi yang sudah jauh-jauh hari Humeyra pinta. Humeyra hanya ingin merasakannya saja selama ia bertemu dengan Zulfa, maka dari itu hari ini Humeyra sangat bersemangat.

Pakaiannya pun sudah rapih, baju yang Kak Aisyah beli dengan kerudungnya langsung Humeyra kenakan. Abaya hitam dibalut kerudung Pashmina berwarna hitam, entah kenapa Humeyra merasa nyaman dengan baju berwarna hitam, ia seperti menemukan kepercayaan dirinya.

Humeyra melirik jam di tangannya lantas beranjak meninggalkan kamar, sebelum pergi ia mencari-cari keberadaan Bunda.

"Bunda?" panggil nya lalu bergerak keluar rumah, akhirnya ia menemukan Bunda sedang menyapu halaman.

"Bunda, Humeyra pamit mau ketemu teman dulu ya," pamit Humeyra sembari menyalami tangan ibunda.

"Dimana? Nggak boleh jauh-jauh langsung pulang, bunda takut kamu ikutan diculik." celetuk Bunda langsung direspon tawa lepas dari Humeyra.

"Mana ada penculik mau culik Humey? Apa untungnya?" Humeyra masih tergelak dalam tawa nya.

"Anak Bunda cantik, nanti diculik untuk dinikahi." jawab Bunda tersenyum simpul.

"Ya nggak apa-apa kalau dinikahi, asalkan sama ustadz."

"Ngarep kamu!"

"Amiinkan saja Bun, siapa tahu nanti mantu Bunda beneran ustadz gimana?"

"Aamiin Ya Rabb, dah cepet kalau mau berangkat, langsung pulang jangan kelayapan."

"Siap, Assalamualaikum."

Bunda tersenyum menatap kepergian anak gadisnya, "Waalaikumsalam."

.

.

.

Sekitar masjid perlahan mulai ramai untuk mempersiapkan salat jum'at, jadi Humeyra dan Zulfa bergeser ke pinggir alun-alun. Mengingat Humeyra dan Zulfa sama-sama memiliki rasa malu tinggi, keduanya pun langsung mengambil tindakan pindah tempat. Sebelum mengantar satu persatu pesanan kerudungnya, Humeyra menghitung jumlah barang sekaligus memeriksa warna kerudung tersebut. Setelah nya ia membungkus dan membaginya dalam kantong plastik.

Humeyra bersyukur bisnis kerudungnya berjalan lancar, apalagi bulan ramadhan sebentar lagi datang, banyak teman-temannya menyerbu kerudung untuk mempersiapkan baju lebaran jauh-jauh hari. Jelas ia memanfaatkan peluang ini untuk menambah tabungannya juga.

"Masya Allah, laris terus Mey kerudungnya." ucap Zulfa ikut membantu membungkus pesanan Humeyra.

"Alhamdulillah, Fa. Buat nambah uang jajan hehe."

"Kalau pesen nya banyak terus, aku kasih gift deh untuk kamu. Bebas pilih kerudung yang kamu mau,"

Mata Humeyra sontak berbinar, "Beneran Fa?"

Zulfa mengangguk senang.

"Wah, makasih ya."

"Sama-sama Mey. Ngomong-ngomong gimana nih jadwal hijrah kamu? Berjalan lancarkah ibadahmu?" tanya Zulfa.

Raut Humeyra tak mampu dideskripsikan, antara senang dan sedih bercampur dalam hatinya. Ia senang usaha hijrah nya berjalan lancar, setiap hari ia semakin semangat untuk beribadah mendekatkan diri pada Allah. Bahkan ia sampai membuat jadwal harian ibadah sampai hafalan surat Al-Qur'an. Sedih nya, ia takut imannya goyah karena cinta manusia, ia takut ibadahnya lama kelamaan tertuju untuk pengakuan manusia. Hari ini saja hatinya bersedih karena satu laki-laki, setiap hari gelisah bersemayam dalam lubuk hatinya. Kerap ia berdoa untuk ditenangkan, bahkan tidak tanggung-tanggung untuk dilupakan saja, malah harapannya semakin tinggi kala pria yang dituju terang-terangan mendekatinya.

Jelas siapa lagi kalau bukan Agam? Setiap ia memiliki kesempatan untuk melupakan perlakuan Agam, pria itu selalu muncul membawa perlakuan manis padanya. Membuat niat Humeyra untuk melupa, batal seketika. Akhirnya ia kembali pada titik awal, kembali berharap tinggi membuat sakit hatinya.

Humeyra menghela nafas berat, "Seperti yang kamu ucapkan di awal Fa, niat untuk hijrah Allah janjikan ketenangan hati, lalu dihadirkan ujian untuk menguji keimanan. Ujian itu ada di hadapan ku Fa, Allah hadirkan sosok pria dalam kehidupan aku, buat aku berharap lebih sama dia." jelas Humeyra, ia mulai merasakan sesak dalam dadanya, tidak dapat dicegah air matanya mulai berlinang.

Zulfa menggenggam lembut tangan Humeyra, "Masya Allah, kalau niat dekatnya ke kamu baik kenapa tidak Mey?"

"Itu yang aku bingungkan Fa, dia sedang menempuh pendidikannya untuk pergi ke Yaman. Dia datang ke sini persiapan berangkat ke sana, aku nggak tahu betul apa alasan dia ingin dekat, setiap aku bersikap acuh untuk melupa, dia selalu hadir dengan perilaku manisnya. Buat aku sulit untuk tidak merespon nya, apalagi sebentar lagi masa pembelajaran nya di sini bakal usai, aku sedih Fa. Ini alasan aku nggak mau mengenal bahkan dekat dengan laki-laki, belum siap merelakan dia pergi, aku belum siap untuk mengikhlaskan setelah tiga tahun lamanya aku berjuang untuk merelakan pria lain dengan wanita pilihannya. Rasanya sakit Zulfa, aku harus bagaimana menyikapi ini semua?"

Huru-hara dalam hatinya meledak, isakannya yang sekuat mungkin ia tahan kini pecah menjadi tangisan. Rongga dadanya terasa sesak dengan semua harapan yang tak mampu tersampai kan, sebuah harapan yang tidak pasti. Berkali-kali Humeyra menghapus air matanya yang mengalir, tangisnya semakin parah. Berhari-hari ia memendam semua kesedihan ini dan hari ini lepas sudah konflik kesedihan nya. Tak disangka ia menangis sejadi-jadinya di depan Zulfa, ia tidak tahu harus mencari tempat bercerita kemana lagi. Yang ia tuju sekarang adalah Zulfa.

Melihat Humeyra yang tak kunjung usai menangis, Zulfa beralih duduk di samping Humeyra, memberikan pelukan hangat untuk menenangkan temannya. Ia rasakan tubuh Humeyra bergetar hebat, Zulfa tahu dihadapkan masalah percintaan memang tidak mudah. Wanita selalu melibatkan hati, tak ayal melampiaskan kesedihan dan amarah dengan menangis. Zulfa juga pernah berada di posisi Humeyra dan ini tidak mudah juga baginya. Sayang nya dulu Zulfa harus menghadapi seorang diri, tidak ada tempat untuk mengadu selain curhatan nya dengan Allah.

"Semua pasti menemukan jalan keluar. Kuncinya tenang, bersabar. Sesungguhnya Allah datangkan ujian agar kamu semakin dekat dengan-Nya, Allah hadirkan kesedihan, kerinduan dalam hati kamu karena Allah ingin mendengar doamu, Allah ingin kamu selalu memuji asma Allah, berdzikir. Sejatinya dia yang datang akan pergi, tapi tidak dengan Allah. Allah tidak akan pergi, Dia selalu datang untuk memelukmu bahkan membimbing setiap langkah kamu menuju kebaikan. Tidak ada ujian yang memberatkan selain nantinya Allah berikan kebahagiaan untuk kamu."

Lihat selengkapnya