-aku ada.-
Setelah membaca surat pernyataan dari dokter, aku ingin kembali menjadi aku yang dulu, tidak ada yang mengerti diriku, mereka semua meninggalkanku dan menjauhiku, apa salahku?, di saat seperti itu aku merasa tak layak untuk berharap terlalu tinggi, karena aku rasa dengan aku tersenyum saja mereka merasa terganggu dan menjauhiku, bagaimana aku ingin menjadi komposer lagu dan artis terkenal?, itu pernyataan cita-citaku yang buruk kala itu, mana mungkin orang sepertiku bisa menjadi kompuser lagu, menulis bahkan berkata, berbicara saja aku tidak bisa, selalu salah, sebab itu aku tidak berani untuk berbicara lagi kepada siapapun, semua menganggapku bodoh, pada akhirnya aku mengurungkan diri dan tidak lagi berharap, karena semua yang ku harapkan tidak akan tercapai, aku merasa hidup ku sia-sia, aku tidak tahu lagi harus seperti apa, dan aku memutuskan untuk pergi meninggalkan semuanya, cerita itu bermula pada saat pagi hari di sekolahku.
"Lihat dia, seperti tidak bernyawa, seram" ucapnya melewati diriku dan berlari menarik teman-temannya.
Mereka pikir aku tidak mendengar apa yang mereka ucap di hadapanku, aku mulai terdiam memikirkan perkataan orang itu.
Setelah aku pikir, ternyata aku selalu membawa negatif kepada siapapun, pada akhirnya aku berlari keluar kelas, niatku untuk kabur, dan pergi kemanapun yang tidak ada orang disana.
BRUG!!!
bertabrakan.
"Agh!" Sakitnya tidak sengaja tertabrak ku yang baru saja keluar dari kelas, sontak aku memegang lehernya karena aku lihat dia kesakitan di bagian leher.
"Awh" sakitnya saat di sentuh diriku.
"EH!" Sentak seseorang dari belakang ku, membuat ku kaget dan langsung bersembunyi di belakang cowok yang tidak sengaja tertabraku.
"Kamu kenapa bisa begini?" Tanya bu guru panik kepada cowok itu.
"Gak apa-apa bu... Dia gak sengaja nabrak" kata cowok itu.
"Kamu lagi yang buat ulah disini!" sentak bu guru menatap galak aku. "Sana masuk kelas!" Sentak bu guru. "Sudah tidak mengikuti peraturan sekolah lagi!" Ucap guru membantu cowok itu. "CEPAT MASUK KELAS!" Sentak bu guru.
Aku merasa sangat bersalah dan aneh karena aku membuat ulah lagi, aku gak tahu apa yang membuat aku ingin menangis tapi rasanya aku sangat sedih saat itu.
««^-^»»
Setelah beberapa menit cowok yang tidak sengaja tertabrakku datang dan duduk di sebelah ku.
Dia melirik ke arah ku, mungkin karena aku melihatnya, sontak aku melihat ke arah lain, sayangnya dia sudah tahu kalau aku memperhatikan gerak-geriknya mengeluarkan benda yang di butuhkanya ke atas meja.
"Ehm... Aku murid baru disini" katanya.
Aku hanya diam tidak tahu mau menjawab apa, takutnya aku salah ngomong, jadi aku diam saja.
"Ok... Aku tadi gak apa-apa kok, tenang saja, selow... Aku gak marah sama kamu" katanya memecahkan keheningan disini. "... kenalin nama aku Jayden" katanya menjulurkan tangannya untuk berkenalan denganku. "Nama kamu siapa?" Tanyanya.
Aku bersalaman, aku sangat gugup, aku takut dia kenapa-napa karena ku.
"Nama kamu siapa?!" Tanyanya sekali lagi.
Aku melepaskan jabat tangan denganya, karena aku rasa dia kesal denganku dari nada bicaranya.
"Huh!" Hembus nafasnya kesal. "Salah kamu yang lari-lari pas keluar kelas" kata Jayden. "kok kamu yang diem, harusnya aku yang kesel! Ini kok kamu yang diem! Aneh!" Sambungnya sembari membuka bukunya kesal.
Tiba-tiba datang sekumpulan anak perempuan minta berkenalan dengan cowok yang sebangku denganku itu.
Mereka sangat berlebihan, membuat dia sedikit kesal dan aneh, mimik mukanya menunjukan bahwa dia sedang sebel akan sesuatu, ya sebel sama perempuan yang dorong-dorong cepat-cepat ingin berkenalan berjabat tangan dengannya di tambah tadi habis kesal dengan diriku yang aneh menurutnya.
Aku hanya diam melihat mereka semua yang seperti itu bila ada murid baru, pada akhirnya pasti seperti aku, di diamkan malah di jauhi, tapi sepertinya dia tidak. Dia banyak yang suka. Jadi mungkin dia tidak akan di jauhi murid yang lain.
Waktu menunjukan pukul 09.30, yang artinya bel istirahat akan berbunyi.
TENG TENG TENG!!!
Seperti biasa setelah bel berbunyi semua murid berlarian keluar kelas untuk istirahat di luar kelas, biasanya akan pergi ke kantin belakang yang makanannya komplit dan harga yang pas.
Terakhir aku kesana bersama mami papi ku, tapi semenjak mami papi meninggal, aku tidak pernah istirahat keluar kelas, aku selalu di dalam kelas selama bel istirahat pertama sampai bel istirahat kedua untuk masuk berbunyi.
Selama di kelas aku hanya melihat orang-orang dari jendela yang bersenang-senang di luar kelas, kadang aku heran, kok aku tidak bisa seperti mereka? Tapi aku memang tidak akan pernah bisa seperti mereka.
Tidak sadar ada seseorang di sebelahku. Saat sadar aku kaget di sebelahku ternyata ada dia. Ya, dia. Dia lagi memperhatikanku.
Aku jadi terlihat gugup. Jayden sedikit gemas melihat ku.
"Tenang aja, aku udah gak marah sama kamu, kamu gak usah diem aja! Mmmmh, kamu gak istirahat?" tanya Jayden.
Aku hanya diam melihat Jayden bertanya seperti itu. Aku heran karena baru pertama kali ada orang selain mami papi aku bertanya soal itu.
"Kamu kenapa diam saja? Kamu masih marah sama aku ya?" Tanya Jayden. "Maaf... Tadi aku kesel karena kamu diem aja, sekarang kamu maafin aku gak? Maafin ya?" Tanya Jayden.
Aku hanya diam tidak mengerti apa yang di bicarakan Jayden, karena Jayden terlalu cepat ngomongnya.
"Huuuh... Ok. Kamu masih marah ternyata" kata Jayden. "Nanti kalau udah gak marah ngomong ya!" Katanya mengeluarkan tempat makanan dari tasnya. "Atau kamu lapar?" Tanya Jayden membuka tempat makannya. "Ini mau?" Tanya Jayden menyodorkan tempat makannya ke meja ku.
Aku menggeserkan tempat makan Jayden ke meja sambil menggeleng kepala.
"Aah... Seriusan?" Tanya Jayden. "Atau mau aku beliin?" Tanya Jayden berdiri akan bergegas pergi.
Kamu menggeleng kepala cepat.
"Uang kamu ketinggalan? Biar aku yang beliin deh" kata Jayden. "Aku kan baik, aku juga baru masuk sekolah ini, jadi di kasih banyak uang jajan sama mami" kata Jayden kembali duduk melihat ku yang sedang menunduk menatap lantai.
"Kamu gak bisa ngomong?" Tanya Jayden dan memasukan satu huap kentang goreng kedalam mulutnya.
Aku masih tetap diam.
"... Kamu gak bisa ngomong ya! Diem aja! Atau takut? Aneh! Ngomong dong! Kamu doang yang beda sama temen-temen kamu yang tadi! Kesel aku lama-lama" katanya melihat aku kerung.
Aku menggenggam erat rok. ketakutan.
"Pc" decaknya kesal.
Tidak lama aku mendengar suara Jayden menutup tempat makannya dan memasukannya ke dalam tas. Jayden pergi keluar kelas meninggalkan ku sendirian seperti biasa di kelas. Lagi-lagi aku di tinggalkan orang-orang.
««^-^»»
TENG TENG TENG!!!
Suara bel masuk istirahat sudah berbunyi, murid berlarian masuk kedalam kelas.
Aku melihat mimik muka Jayden yang masih kesal dengan ku. Pelajaran sudah di mulai, Jayden masih terlihat kesal dan gundah akhirnya Jayden pergi menuju bu guru.
Aku tidak tahu apa yang di bicarakan Jayden dengan Bu guru tapi kamu di perhatikan dan di tunjuk bu guru berkali-kali. Setelah Jayden selesai bertanya, Jayden kembali duduk.
"... Kamu emang gak bisa ngomong?" Tanya Jayden.
"Jay diamkan saja dia!" Kata bu guru. "KAMU NULIS!" Sentak bu guru.
"Cepat nulis!" Sentak bu guru berjalan ke arah ku.
"Malah diam saja!" Sentak bu guru membuka buku ku dan memberikan pulpen ketangan ku. "TULISAN YANG ADA DI DEPAN CEPAT TULIS!" Kata bu guru. "Kamu tuh sekolah bukan diam saja! Belajar!" Sentak bu guru memangku tangan. "Susah di atur!" Ucap kata terakhir bu guru dan pergi keluar kelas. Semua murid di kelas menatap aneh kepadaku.
Aku mencoba menulis yang di suruh bu guru di papan tulis, tapi aku berhenti seketika melihat tulisan ku yang aneh berantakan, aku terdiam menggenggam keras pulpen yang di pegang ku, kesal, aneh dan takut.
Aku menunduk ketakutan, semua rasa bercampur aduk membuat aku tidak bisa menahan semuanya, akhirnya aku menangis.
Jayden tadinya masa bodo sama aku, tapi setelah beberapa menit aku terus terdiam Jayden jadi aneh. Akhirnya Jayden menarik buku aku dan melihat tulisan yang aku tulis, Jayden terdiam semakin aneh melihat tulisan yang kamu tulis di buku itu, Jayden memperhatikan kamu yang menangis.
"Dia tidak bisa menulis!" Kata orang dari belakang.