Di rumah sakit, Nial kalang-kabut, mondar-mandir di IGD menunggu hasil pemeriksaan. Khawatir terjadi sesuatu dengan pujaan hatinya. Tidak berselang lama, Sinta dan Bayu datang dengan raut wajah yang sama paniknya. Sinta mencoba menanyakan keadaan Melly pada Nial, tetapi tidak ada jawaban atas pertanyaannya. Diagnosa sementara, Melly hanya kelelahan, tetapi menurut Nial tidak sesederhana itu.
“Kita tunggu aja hasil pemeriksaan Melly,” ucap Nial memandang Melly iba.
“Aku harus kasih tahu Ayah atau kakaknya….” Ucapan Sinta terpotong.
“Jangan sekarang! tunggu sampai Melly dapat ruangan,” ujar Nial memberi saran.
"Mel, maafin aku, ya, kalau aja tadi aku gak ninggalin kamu sendirian, kejadiannya pasti gak akan kayak gini," isak Sinta menyesali perbuatannya.
Bayu menepuk pundak Sinta, menguatkan dirinya. Sebagai seorang sahabat, Sinta tahu betul perjuangan dan kegigihan Melly setiap harinya seperti apa. Penderitaannya sudah begitu dalam dan sekarang ia membuat temannya sendiri dalam masalah baru.
Dua orang perawat datang ke bangsal Melly dan mengkonfirmasi pasien untuk dibawa ke ruangan. Nial penasaran dengan kondisi Melly, tetapi hasil laboratorium belum keluar. Dia harus bersabar sedikit lebih lama. Di dalam ruangan VIP, dokter meminta waktu untuk memeriksa keadaan Melly tanpa diganggu. Bahkan setelah perawat keluar dari ruangan, dokter belum keluar juga. Rupanya Melly sudah sadar dan berusaha untuk bangkit dari pembaringannya.
"Mel, istirahat dulu, ya, jangan banyak bergerak, jantung kamu belum stabil," ucap Dokter memberi nasihat.
"Dok, tolong rahasiakan hal ini dari mereka," pinta Melly memohon.
"Kenapa?"
"Mereka orang-orang terdekatku, yang sayang sama aku, aku gak mau mereka khawatir, iba dan memperlakukanku istimewa. Biar semua berjalan seperti biasanya."
"Tapi, Mel, kalau kamu gak jujur, gimana mereka tahu keadaan kamu? kamu gak boleh kecapekan dan terlalu banyak pikiran."
"Tolong, Dok …."
Dokter Riana tidak punya pilihan karena rekam medis pasien bersifat rahasia dan tidak boleh diungkap tanpa persetujuan pasien. "Baiklah, tapi ingat, kamu harus rutin check up, ya?!" Dokter Riana mengecek ulang infus, memastikan alirannya normal. Melly pun mengangguk menyetujui kesepakatan itu.
"Kalau begitu, saya akan keluar, kasihan teman-teman kamu udah nunggu."
"Tunggu, Dok," ucap Melly menghentikan langkah sang Dokter.
"Ada apa?"
"Kenapa saya di ruangan ini? maksudnya ini pasti VIP, kan?"
"Hm, mungkin karena temanmu yang mengurus administrasi. Ya sudah, kamu istirahat dulu, ya, saya permisi dulu, assalamualaikum."