MELLYNIAL

Ifha Karima
Chapter #4

DESEMBER

Suara engsel terdengar dari pintu masuk, Melly sudah sampai di rumah. Diletakkannya sepatu kets miliknya di rak sepatu dekat pintu, kemudian berjalan mengelilingi ruangan mencari kakaknya yang tidak terlihat dimana pun. Namun, hal itu membuat Melly bernapas lega, setidaknya tanpa kehadiran kakaknya akan mempercepat pekerjaannya di rumah. Dilihatnya isi kulkas yang sudah mulai berkarat pada lapisan luar, mengambil seikat bayam kemudian memasaknya. Selesai dengan urusan di dapur, Melly pergi ke belakang rumah untuk mengangkat kain yang sudah dijemur dari pagi.

“Mel, Melly!” Terdengar suara Rendy memanggil dengan suara yang sangat keras. Melly pun segera mencari sumber suara itu.

“Di atas sini, Mel.”

Betapa terkejutnya Melly melihat kakaknya tersangkut di atas pohon kelapa, sepengetahuannya, Rendy tidak bisa memanjat pohon kelapa. “Mas, ngapain sih di atas? mau pamer kalau udah bisa manjat pohon kelapa?”

“Mas gak bisa turun, Mel, tolongin, tinggi banget, ngeri.”

“Hahaha, kualat, tuh.” Melly tertawa terbahak-bahak melihat kakaknya yang biasanya garang berubah merengek minta tolong. Ini kejadian langka yang harus diabadikan. Buru-buru Melly membuka kamera handphone-nya dan merekam kakaknya yang masih histeris di atas pohon.

“Mel, malah direkam, kamu jangan jadi adik durhaka, mas sumpahin, nih! Mel, cepetan tolongin dulu, ambilin tangga!”

“Lagian udah tahu gak bisa manjat pohon, kok, sok-sokan. Rasain. tuh, akibatnya.”

“Mel, mas jantungan, nih, kalau mas meninggoy gimana?”

“Janji dulu, Mas gak akan marah atau ngomel-ngomel lagi sama Melly. Kalau kumat ngomelnya, aku sebarin videonya!”

“Iya deh, iya, cepetan ambil tangga!”

Sebagai adik yang baik, Melly pun bergegas mengambil tangga bambu di samping rumah. Tangga itu lumayan berat, dengan susah payah Melly membawanya dan memposisikan di pohon kelapa. Namun, tangga yang Melly bawa masih kurang panjang. Rendy harus memacu adrenalin untuk turun sampai anak tangga paling atas.

“Sumpah, Mel, tremor nih. Pegangin tangganya yang kuat.”

“Iya.”

Sekuat tenaga Melly menyeimbangkan tangga agar sang kakak bisa turun dengan selamat, tetapi seluruh tubuh Rendy gemetar, terlebih lagi ketika pandangannya menatap ke bawah.

“Cepetan, ih, Mas jangan lihat ke bawah terus kalau takut!”

“Sabar lah, ini lagi berusaha.”

Tiga anak tangga sudah berhasil dilewati, ketika kaki kirinya berusaha meraih anak tangga keempat, kakinya tergelincir karena gemetar dan tumbanglah Rendy bersama tangga yang ia naiki. Teriakan histeris terdengar begitu jelas.

“Aduh, sakit, ah, Mel, kayaknya patah tulang, nih. Gak bisa gerak, sakit banget, sumpah.”

“Gak usah lebay deh, Mas. Udah, ih, buruan bangun, aku mau bikin kue,” ucap Melly melangkah pergi meninggalkan kakaknya yang sedang meringis kesakitan.

“Akh, tolongin dulu, Mel.”

Lihat selengkapnya