“Ayah belum ngerti, kasih tahunya pelan-pelan, Mel, jangan sambil ngamuk!” ucap Rendy menghampiri adik dan Ayahnya yang sedang dalam suasana tegang. “Ayah duduk dulu, kita dengerin penjelasan Melly.”
Melly menghela napas, mengusap air matanya, menatap kakak dan ayahnya penuh beban di hatinya. “Yah, Mas, maaf, ya, kalau tadi keterlaluan ngomong gitu ke Ayah. Melly bener-bener kecewa sama Ibu.” Diceritakannya apa yang disampaikan tante Nita kemarin.
Seperti dugaan Melly, Ayah merasa syok ketika mendengar kabar bahwa istrinya telah berkhianat. Dia tidak bisa mempercayai bahwa perempuan yang telah menikah dengannya selama bertahun-tahun dan menjadi ibu dari anak-anaknya, telah mengkhianati keluarganya.
Kabar tersebut mengguncang ayah dan membuatnya merasa sangat kecewa, marah, dan bingung. Dia tidak tahu bagaimana harus menghadapi situasi ini dan merasa sangat terpukul oleh apa yang telah terjadi. Pak Ilyas merasa bahwa kepercayaan dan kasih sayang yang telah dibangun selama bertahun-tahun telah hancur begitu saja. Lelaki paruh baya itu ingin sekali mengumpat takdir, tetapi ia sadar bahwa hal itu tidak akan bisa merubah keadaan. Ketiganya larut dalam kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.
“Ayah, Ayah istirahat dulu, ya. Kita cari solusinya besok,” ucap Melly usai menyeka air matanya.
Ayah tidak menjawab, hanya termangu meratapi keadaannya. Rendy berinisiatif untuk mengantar Ayah ke kamarnya, sedangkan Melly masih di sofa memegangi kepalanya yang terasa berat, penuh dengan pikiran buruk. Usai mengantar Ayah, Rendy menghampiri Melly.
“Kita harus gimana, Mas?” tanya Melly gusar.
“Kalau emang, Ibu ada di sini, kita harus ketemu sama Ibu, memperjelas keadaan kita, gak cuma Ayah yang kecewa, kita semua ngerasain itu, kan?”
“Tapi gimana caranya?”
Kakak beradik itu berpikir keras mencari cara untuk menemui sang Ibu, bertukar ide, menimbang-nimbang, hingga akhirnya mereka menemukan cara yang menurut mereka sangat brilian.
***
Siang itu matahari sangat terik menyengat menyusup melalui pori-pori kulit, seolah tengah murka dengan keadaannya yang membara setiap saat. Melly mengajak Ayahnya untuk pergi ke suatu tempat.
“Mel, Ayah mau dibawa kemana, sih?” tanya Ayah bingung.
“Kita mau ketemu Ibu,” jawab Melly membuat langkah Ayahnya terhenti.
Suara dering telepon terdengar dari dalam tas Melly. “Hallo ... iya ... aku, mas Rendy sama Ayah ... oke.” Telepon dari Nial.
Mereka akan pergi ke Villa milik keluarga Nial terlebih dahulu untuk melakukan penyamaran. Menurut penuturan tante Nita, teman seperjuangannya itu sangat mencintai bisnis dan berteman dengan orang-orang kaya. Karenanya mereka harus merubah penampilan layaknya seorang bangsawan dan miliader agar mudah mendapat akses masuk ke rumah besar Nyonya Fang Yin.
Dengan penyamaran itu, Melly terlihat sangat anggun, berjalan bersama tante Nita layaknya seorang konglomerat yang dikawal oleh tiga bodyguard yakni Rendy, Nial dan pak Ilyas. Sedangkan dua teman Melly, Sinta dan Luna menunggu di mobil mengamati keadaan dari luar.