MELODI HIDUPKU

Nenghally
Chapter #3

Melodi Penyembuh Luka

Menulis adalah pelarian terakhir Lana, tetapi sekarang setiap kata terasa seperti beban baginya. Ruang kerjanya yang dulunya penuh dengan semangat, kini terasa membosankan dan dingin. Meski dua bulan sudah berlalu sejak Rian meninggalkannya tanpa kata dan penjelasan, Lana masih bisa merasakan sakit di dadanya setiap kali dia memikirkan perpisahan itu.

Hari itu, Lana berusaha melawan rasa sakitnya dengan mengumpulkan semua barang-barang yang mengingatkannya pada Rian ke dalam kotak besar. Foto-foto, surat-surat, dan kenangan manis yang dulu membawa kebahagiaan kini hanya menjadi saksi bisu dari hubungan yang penuh kebohongan.

"Kenapa semua harus berakhir seperti ini?" Lana bergumam pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam suara hujan yang mengetuk jendela. Langit mendung di luar mencerminkan suasana hatinya yang gelap, penuh dengan kekosongan yang tidak bisa diisi oleh apa pun.

Lana duduk kembali di depan laptopnya, menatap layar kosong yang tidak menginspirasi apapun selama berminggu-minggu. Setiap kali dia mencoba untuk menulis, jari-jarinya hanya menari di atas keyboard tanpa menghasilkan apa pun. Dia merasa terjebak dalam putaran kesedihan dan kehilangan. Menulis, yang dulunya adalah terapi dan cara untuk melarikan diri dari realitas, kini terasa tidak lebih dari sebuah tugas yang tidak bisa dia jalani.

Dia menoleh ke sisi meja, di mana sebuah foto kecil dari Rian dan dirinya tersimpan dalam bingkai. Senyuman mereka yang cerah pada gambar itu terasa seperti sebuah penghinaan. Lana mengangkat bingkai foto itu dan meletakkannya dalam kotak yang telah penuh dengan barang-barang kenangan.

Saat Lana hendak menutup kotak itu, matanya tertarik pada sebuah video musik yang muncul secara acak di layar laptopnya. Video itu menampilkan thumbnail boy group ASTRO, yang dikenal dengan penampilan ceria dan energik mereka. Lana yang tidak pernah terlalu peduli pada K-pop, ragu-ragu sejenak untuk mendengarkan musik tersebut.

Musik mulai mengalun, melodi yang asing namun penuh semangat langsung memenuhi ruangan yang tadinya hening. Enam pria muda bergerak di layar dengan sinkron, senyum mereka memancarkan kebahagiaan yang tulus. Lirik-lirik yang muncul di subtitle mulai menyentuh hati Lana, memberikan kehangatan yang sudah lama ia rindukan.

"Seperti apa kepribadianmu? Dari mana kamu berasal? Begitu banyak hal yang aku ingin tahu darimu. Terasa sangat sulit untuk berbicara denganmu. Seperti memilih bintang dari langit." ( Breathless - ASTRO )

Lirik-lirik itu menggambarkan rasa penasaran yang mendalam dan ketertarikan yang kuat terhadap seseorang yang tampaknya jauh dan sulit dijangkau, namun sangat diinginkan. Lana merasakan betapa lirik tersebut seolah mencerminkan perasaannya selama ini—rasa rindu untuk mengenal seseorang secara mendalam, tapi merasa terhalang oleh jarak dan ketakutan.

Saat mendengarkan terjemahan lirik tersebut, Lana merenung. Rasa rindu yang dipendamnya selama ini, keinginan untuk bisa berbicara dengan seseorang tanpa ada hambatan, sangat mirip dengan pengalamannya bersama Rian dulu. Dulu, ia merasa seperti berbicara dengan dinding, semua usaha untuk memahami satu sama lain selalu berakhir sia-sia. Hubungan mereka seperti dua orang yang mencoba meraih bintang dari langit—terlalu jauh, terlalu sulit.

Namun, kali ini, lirik-lirik ini memberi Lana sesuatu yang berbeda, sebuah harapan. Mungkin, meskipun komunikasi dengan Rian dulu tidak pernah berhasil, masih ada kesempatan baginya untuk menemukan seseorang yang benar-benar bisa memahami dirinya. Atau, mungkin yang lebih penting, dia bisa mulai belajar untuk memahami dan mencintai dirinya sendiri.

Di bawah tatapan hujan yang terus turun, Lana membuat keputusan untuk memberikan kesempatan pada suara-suara baru ini. Suara yang mungkin dapat menghidupkan kembali semangat yang telah lama pudar dalam dirinya. Ia terus menonton, membiarkan dirinya tenggelam dalam musik yang menyembuhkan luka-luka di hatinya.

Lihat selengkapnya