Yoga melihat Qiandra masih berada di halaman sekolah saat ia masuk melalui gerbang sekolah. Ia memperhatikan Qiandra berbicara dengan siswa lain di dekat mobilnya. Mereka terlihat serius. Yoga merasa Qiandra tidak terlihat santai seperti biasanya. Qiandra seolah menjaga sikapnya. Saat Qiandra melihat ke arah Yoga, siswa yang bersamanya ikut menatap ke tajam ke arahnya. Ia kemudian menarik Qiandra dan beranjak dari tempat itu. Tatapan Qiandra menimbulkan tanda tanya bagi Yoga. Yoga memperhatikan mereka hingga menghilang dari balik dinding sekolah. Yoga berdiri diam hingga seseorang meneriakkan namanya. Yoga melihat Myria melambai ke arahnya.
“Yoga!” sorak Myria sambil menghampiri Yoga. Gadis berhidung bangir itu berdiri disampingnya. Ia tahu kalau Yoga tengah memperhatikan Qiandra sedari tadi. Ia tersenyum ke arah Yoga. “Yang bersama Qiandra tadi itu namanya Radith. Anak IPA 1. Dia pacarnya Qiandra.” Myria menatap Yoga malu-malu.
Yoga menatap Myria sambil tersenyum tipis. Ia kemudian berjalan dengan hati-hati.
“Mereka masih punya hubungan saudara. Katanya sih juga dijodohkan.”
“Kata siapa?” tanya Yoga spontan.
Myria merasa terpojok dan berusaha tersenyum untuk menyembunyikan rasa malu. “Kata siapa ya? Aku dengar-dengar sih begitu… Maaf, Yo… pagi-pagi aku sudah bagi ghibah.”
“Nggak apa-apa.” Ujar Yoga dingin. “Santai aja.”
Myria tertunduk malu. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan. “Oh iya… kemarin ibu Inna titip pesan supaya kamu segera urus kartu perpustakaan untuk pinjam buku pegangan. Nanti aku bantu antar saat jam istirahat.”
Kali ini Yoga mengangguk. “Terima kasih.”
Myria mengangguk-angguk. Kemudian mereka berjalan menuju kelas mereka dengan santai, tanpa bicara.
----------------------------------------------------
Sesampainya di dalam kelas, Myria mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tas ranselnya. “Kemarin sore sepulang latihan, kepala sekolah juga menitipkan ini untuk kamu.” Ia menyodorkannya kepada Yoga. “Ibu kepala sekolah kemarin cerita kalo kamu pernah ikut festival piano internasional. Beneran itu?”
Yoga hanya tersenyum hambar. Ia menerima amplop itu dan membukanya. Surat permintaan untuk menjadi pianist dan bergabung dalam choir sekolah. “Itu sudah lama sekali.” Setelah membaca surat itu beberapa saat, Yoga memasukkannya kembali ke dalam amplop. “Memangnya selama ini tidak ada pianist untuk choirnya?” tanya Yoga.
“Dulu ada.” Myria kemudian mengangkat bahu. “Beberapa bulan yang lalu, Mr. Dodi berangkat ke luar negeri untuk ambil S2nya.”
“Guru disini?”
Myria mengangguk. “Tapi kamu setuju kan bergabung dengan grup choir kita?”
Yoga hanya terdiam. Pandangannya beralih ke arah pintu. Qiandra melenggang santai masuk ke kelas diikuti oleh Radith. Myria ikut melihat ke arah yang sama. Yoga merasa kesal saat Radith dengan beraninya melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu. Walau Qiandra berusaha keras melepaskan tangannya, namun Radith bersikeras memaksanya. Qiandra terlihat kesal namun tidak berbuat apa-apa.
Yoga memperhatikan Radith yang bersikap seenaknya kepada Qiandra. Ia berani melecehkan Qiandra, menyentuhnya dan membelai rambutnya, bahkan di depan teman-temannya. Yoga merasa tidak nyaman karena Qiandra diam saja diperlakukan seperti itu. Beruntung bel berbunyi dan Radith harus meninggalkan kelas itu. Yoga menatap tajam ke arah Qiandra yang tiba-tiba melihat ke arahnya. Qiandra segera mengalihkan pandangannya dan berpura-pura seakan sedang sibuk dengan tasnya.
Myria membalikkan tubuhnya sambil memperhatikan Yoga yang masih menatap ke arah Qiandra. Ia melihat raut muka Yoga yang tiba-tiba berubah kesal.
----------------------------------------------------
Bel sekolah kembali berbunyi. Suara siswa terdengar riuh. Sekolah mulai ramai. Myria segera membersihkan mejanya dan memasukkan buku catatannya ke dalam tas. Ia memperhatikan Yoga yang juga memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Myria menarik nafas panjang, kemudian berdiri hendak meninggalkan kelas. “Aku duluan ya, Yo…” Myria menarik tasnya.
Tiba-tiba Yoga menarik tangan Myria. Myria terkejut dan menatap jemari Yoga yang mengenggam pergelangan tangannya dengan erat. Gelang Yoga terlihat mengkilat. Yoga segera melepas genggamannya saat melihat tatapan Myria.
Qiandra berjalan dengan santai melewati mereka seolah-olah tidak melihat apa yang sedang terjadi. Ia meninggalkan kelas sambil melirik ke arah Yoga.