Yoga duduk termenung di depan meja belajarnya. Ia menghidupkan tabletnya dan membuka album galeri. Yoga membuka beberapa file foto. Yoga menatap foto-foto itu. Beberapa foto Yoga pada saat menerima penghargaan dan saat ia memenangkan perlombaan Wushu, perlombaan berkuda dan konser piano. Ia membuka album foto yang lain. Ada foto saat Yoga bersama almarhumah mamanya dengan latar pegunungan Swiss, dengan caption “Sei il grande amore della mia vita” (Kau adalah cinta terbesar dalam hidupku). Wajah Yoga berubah sedih. Ia menatap gelang emas di pergelangan tangannya kemudian mempermainkannya. ‘Aku janji akan menemui nenek dan menyerahkan gelang ini kepadanya.’ Bisik Yoga.
Yoga beranjak ke album yang lain. Ada beberapa foto Qiandra terpampang disana. Foto saat latihan, saat belajar dan berbincang dengan Lana. Yoga kembali tersenyum. Ia berhasil membidik foto mereka tanpa diketahui.
Tak berapa lama Yoga kembali teringat pada kejadian tadi pagi. Ia kembali melirik ke arah jam tangannya. Menjelang Maghrib, namun Qiandra belum kembali. Yoga mulai merasa khawatir. Ia tidak bisa menghubungi Qiandra karena handphonenya Qiandra masih rusak. Yoga meninggalkan kamar dan menunggu Qiandra di ruang tamu.
Tak berapa lama, Sandra kembali bersama Lana dan Qiandra. Lana begitu gembira melihat Yoga dan segera menghampirinya.
“Bang Yoga!” sorak gadis kecil itu sambil meloncat duduk disampingnya.
Yoga tersenyum simpul seraya melirik ke arah Sandra dan Qiandra. Sementara Sandra terlihat sedikit kaku dan berusaha tersenyum ke arahnya. Qiandra tidak berani menatap matanya dan langsung berjalan ke arah kamarnya. Sepertinya mereka habis belanja banyak. Ada banyak tas belanjaan di tangan Qiandra. Salah satunya dari merk handphone terkenal.
“Bang Yoga,” Lana menarik baju kaus Yoga. “Tadi aku dipuji sama mamanya Bang Radith. Terus aku juga dikasih coklat sama permen. Katanya aku main pianonya keren.” Ia terkekeh. “Mereka nggak tau aja aku punya guru piano yang juga keren.” Lana tertawa sendiri.
Yoga mengangguk sambil ikut tersenyum. “Memangnya tadi Lana ke rumahnya bang Radith?”
Lana mengangguk sambil tersenyum manis. Poninya bergoyang-goyang. “Iya…jemput kak Qian,”
Yoga menghela nafas panjang, kemudian menyandarkan kepalanya sambil memikirkan sesuatu.
---------------------------------------------------
Yoga berdiri di depan pintu kamar Qiandra yang sedikit terbuka. Ia melihat Qiandra duduk termenung sendirian. Wajahnya terlihat sedih. Tas belanjaannya terlihat berantakan di sekitarnya. Yoga memasukkan kedua tangannya ke dalam sakunya dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Ia tidak berani menyapa gadis itu. Pasti Qiandra merasa sangat sedih dan bimbang, pikirnya. Ia mengeluarkan sebatang coklat dari dalam sakunya. Ia tersenyum dan hendak memberikan coklat itu kepada Qiandra.
Yoga mengintip sekali lagi ke dalam kamar. Kali ini ia terkejut karena Qiandra sudah berada di hadapannya. Matanya terlihat bengkak. Tanpa senyum, Qiandra perlahan menarik pintu kamarnya dan menutupnya perlahan. Yoga berdiri terdiam di tempatnya. Tangannya terasa lemas.
-------------------------- 000 --------------------------
Yoga meninggalkan kamar Qiandra dan berjalan perlahan menuruni tangga. Ia terkejut saat melihat tante Mira sudah menunggunya di ruang tamu, bersama mama Qiandra. Tante Mira tersenyum ke arahnya dan memeluknya.
“Tante kelihatan segar. “ Yoga menyapanya dengan sopan. “Tante sudah benar-benar sembuh?”
Mira mengangguk perlahan. “Tinggal jalani checkup rutin.”
Yoga tersenyum simpul dan duduk di hadapan mereka. Ia melihat Sandra yang terlihat kaku dan berusaha bersikap baik kepadanya.
“Tante mau jemput kamu. Malam ini kita pulang.” Ujar Mira.
Yoga terkejut. Begitu mendadak. Ia yakin ada sesuatu yang terjadi dan ada hubungannya dengan keributan Qiandra dan Radith tadi pagi. Walau terlihat ragu, namun ia segera mengangguk. “Malam ini, Tan?”
Mira mengangguk. “Ya…” jawabnya sambil terus tersenyum ke arah Yoga. “Tante sudah kangen banget sama kamu. Ada banyak hal yang ingin tante ceritakan.”
Yoga kembali mengangguk dan segera berdiri. “Aku ambil barang-barang dulu, Tan.”
Mira mengangguk.
---------------------------------------------------
Mira dan Yoga berpamitan dengan Sandra dan Lana di halaman rumah. Yoga menatap lantai atas. Jendela kamar Qiandra masih sedikit terbuka dan gordennya terlihat bergerak-gerak. Yoga tahu Qiandra bersembunyi di balik gorden kamarnya.
Yoga kemudian menyalami Sandra. “Tolong sampaikan salam aku ke Qiandra, Tante. Dan juga permintaan maaf aku.”
Sandra mengangguk. “Nanti tante sampaikan. Besok kan kalian masih ketemu di sekolah.”
Yoga mengangguk.
Pada saat masuk ke dalam mobil, Yoga kembali melihat ke arah jendela tersebut. Kali ini jendela itu sudah tertutup rapat.