Sepulang sekolah, Yoga berjalan bersama Myria menuju halaman parkir. Mereka terlihat sangat akrab. Senyum tak lepas dari wajah Myria yang terlihat sangat senang. Sesekali Myria mempermainkan kunci mobilnya, kemudian menatap Yoga sambil terus tersenyum.
Langkah mereka terhenti saat melihat Qiandra dan Radith sedang bertengkar di dekat mobil Qiandra. Pembicaraan mereka tidak jelas namun terlihat sekali bahwa Radith sedang menahan amarah. Mereka memperhatikannya dari kejauhan. Suara Qiandra terdengar samar-samar. Qiandra terlihat menunduk sedih sambil menahan amarah, sementara Radith terus membentaknya. Qiandra hendak membuka pintu mobil, Radith menghalanginya.
Yoga tidak tahan lagi. Ia melihat muka Qiandra mulai mengkilat karena airmatanya. Wajah Radith terlihat tegang. Ia melempar tas Qiandra ke tanah. Qiandra berteriak ketakutan. Ia kemudian melayangkan tangannya hendak menampar Qiandra yang terus melawannya. Qiandra terlihat pasrah menunggu tamparan Radith.
Radith terkejut saat melihat Yoga sudah berdiri di sampingnya sambil menahan tangannya. Genggaman tangan Yoga terasa begitu kuat. Ia menghempaskan tangan Yoga untuk melepaskan pegangannya. Yoga menahannya hingga Radith merasakan sakit.
“Jangan ikut campur urusan gua!” maki Radith. “Dasar bangsat!” Ia berusaha melepaskannya sambil terus menatap Yoga tajam. Nafasnya sesak menatap Yoga. “Gara-gara kau!” ia menatap Qiandra tajam sambil menunjuknya. “Terus libatkan dia! Dasar anjing!”
Yoga kemudian melepaskan pegangannya dengan kasar. Radith memegang pergelangan tangannya yang sakit dan memerah. Ia tersungkur.
Sementara itu Myria mendekati Qiandra, berusaha menenangkannya. Tempat parkir itu langsung menjadi ramai.
“Sopanlah! Dia Wanita.” Wajah Yoga terlihat tegang.
Radith melepaskan kekesalannya dengan menyepak ban mobilnya sendiri. Setelah itu Radith berdiri dengan sombongnya sambil menunjuk ke arah Yoga. Ia kemudian tertawa. “Oh…mau cari perhatian? Hah?” ucapnya dengan nada meninggi. “Untuk berdiri saja susah, belagak mau jadi pahlawan!” cibirnya.
Yoga mencoba sabar. Ia tidak menjawabnya malah mendekati Qiandra dan Myria.
Radith bertambah kesal karena Yoga mengacuhkannya. Ia kembali meneriaki Yoga. “Jangan kira dengan kaki bunting Lu itu bisa menarik perhatian Qiandra?” Radith tertawa keras. “Dia hanya kasihan. Tidak lebih dari itu!”
Yoga membalikkan tubuhnya menatap Radith tajam.
“Dia mencintai aku!” Radith mendengus kesal kemudian meninggalkan mereka sambil memaki membubarkan siswa-siswa yang berkumpul memperhatikan mereka.
Yoga mendekati Qiandra yang tertunduk sedih di bangku mobilnya. “Kamu nggak apa-apa?” ujarnya dengan nada khawatir.
Qiandra menggeleng. Ia kemudian menutup mobilnya perlahan dan membuka kaca mobil perlahan. Qiandra melihat ke arah Myria yang berdiri disamping Yoga. “Terima kasih, Myri.” Ia tidak berani menatap Yoga bahkan untuk mengatakan terima kasih.
Myri mengangguk pelan. Ia khawatir melihat kondisi Qiandra yang terlihat terguncang.
Qiandra menarik nafas panjang, kemudian menghidupkan mobilnya. Dengan cepat Yoga mematikan mobil Qiandra dan menarik kunci mobilnya.
“Keluarlah!” Yoga menatapnya tajam. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah yang Myria yang menatapnya dengan perasaan tak menentu.
Qiandra termenung untuk beberapa saat. Matanya berkaca-kaca. Ia keluar dari mobil tanpa bicara. Qiandra terpaku melihat Yoga meletakkan kruknya di bangku belakang dan duduk di bangku supir, kemudian menghidupkan mobil. Qiandra menatap Myria salah tingkah. Myria berusaha tersenyum. Qiandra merasa lega. Ia kemudian masuk ke mobil dan duduk disamping Yoga. Mobil mereka berjalan perlahan meninggalkan Myria yang berdiri mematung menatap kepergian mereka.
--------------------------------------------------
Yoga menatap Qiandra yang masih tertunduk sedih. Ia berusaha diam dan membiarkan Qiandra menjadi tenang dengan sendirinya. Yoga menghidupkan radio. Lagu “Tak lagi sama” dari Rahmania Astrini terdengar mengalun indah.
Hari-hari kulewati
Langkah kaki yang tak henti
Dan kau bersamaku disini
Detik waktu yang berlalu
Tak ku sangka kini kau tak lagi ada
Tuk temani hari
Mengapa ada rasa ini
Dan ku tak bisa melawan
Bagai langit malam tak berbintang