MELODI UNTUKMU

Diana Fitria
Chapter #9

Chapter #9 Melodi Untukmu

Yoga duduk serius di depan laptopnya. Matanya tak lepas memandang layar di hadapannya. Ia sedang memperbaiki aransemen music di sebuah aplikasi studio. Sesekali ia menatap noktah yang terbuka di meja dan mencoret not-not di dalamnya.

Bundo masuk ke dalam kamarnya sambil membawa sebuah piring berisi beberapa mini donat dan segelas juice. Ia meletakkannya di meja dan menatap kertas-kertas yang berantakan di meja. Ia kemudian memberi kode kepada Yoga untuk membuka earphonenya.

“Ini donat buatan nenek paling special. Makanan favorit mamamu juga.” ujar Bundo bangga.

Yoga tersenyum sambil mengambil sebuah donat dan memakannya. Ia kemudian menunjukkan jempolnya. “Mama pernah bikin donat seperti ini.” Yoga terus mengunyahnya. “Tapi buatan nenek lebih enak.” rayunya.

Bundo tersenyum senang. “Pandai merayu nenek.” Ia kemudian menatap layar laptop. “Ibumu juga suka membuat lagu.” Kali ini matanya berkaca-kaca.

“Nenek tahu soal aplikasi editing lagu?” Yoga merasa heran. Takjub karena wajah tua itu mengenal aplikasi di depannya.

Bundo mengangguk sambil tertawa. “Gini-gini nenek nggak jadul lho. Nenek juga guru piano.”

Yoga ikut tertawa. “Hebat, nenek.”

“Boleh nenek dengar?”

Yoga mengangguk. Ia mencomot satu buah donat lagi sambil menyerahkan sebelah earphonenya ke Bundo.

Mereka mendengarkan lagu itu bersama dengan serius. Setelah lagunya selesai, Bundo menyerahkan earphone kepada Yoga kembali. “Lagunya bagus. Pasti untuk seseorang yang sangat spesial.” Ujar Bundo dengan nada menggoda.

Yoga hanya tertawa.

“Qiandra?”

Yoga tertawa lagi. “Nenek bisa aja.”

“Cantik. Nenek suka.” Bundo menggodanya lagi.

Yoga menggeleng sambil tersenyum malu. “Tapi dia sudah punya pacar.”

Bundo tertawa. “Berarti ada yang lain?”

Yoga tertawa sambil menggeleng-geleng. Ia meraih gelas jusnya dan langsung menghabiskannya.

Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan ucapan salam dari seseorang yang datang bersama Mira. Bundo terlihat begitu terkejut. Pandangan kaku Bundo membuat Yoga membalikkan tubuh dan menatap ke arah yang sama. Ia ikut terkejut. Ia duduk mematung menatap Jonan dan Mira berjalan ke arahnya.

Jonan berjalan ke arah Bundo dan menyalaminya dengan sopan. Jonan tertunduk malu saat berhadapan dengan Bundo. Ia merasa salah tingkah dan sulit mengeluarkan kata-kata. “Bundo…aku..”

Mata Bundo berkaca-kaca. Ia berusaha keras untuk tersenyum. Ini bukan saat yang tepat untuk berargumen. Ia sudah memaafkan mereka dan ia harus tegar serta berusaha bersikap baik.

“Maafkan kami, Bundo. Maafkan Jo dan Dewi.” Jonan mengulurkan tangan.

Bundo menarik nafas panjang sambil menyalami Jonan. Perasaan sedih kembali merasuki hatinya. “Bundo sudah maafkan kalian sedari dulu.” Ujarnya sedih. “Nanti kita bisa bicara.” Bundo menatap Yoga dan memukul bahunya. “Nenek ke belakang dulu. Papamu pasti lelah dan lapar. Ngobrol lah dulu.”

Bundo kemudian keluar dari ruangan diikuti oleh Mira.

Jonan mendekati Yoga dan duduk di dekatnya. Ia begitu sedih menatap kaki Yoga yang ditutupi selimut.

Yoga diam saja sambil terus menatap wajah papanya.

“Maafkan papa, nak… papa baru bisa datang hari ini.”

Yoga diam saja. Ia menarik nafas dalam dan berusaha tidak beradu pandang dengan ayahnya.

“Papa kangen sama kamu, Yo.” Mata Jonan berkaca-kaca.

Jonan membuka tas bawaannya. Ia mengeluarkan sebuah kotak bening berisi puluhan keeping CD, kemudian menaruhnya di atas meja di tepat di hadapan Yoga. “Papa bawa semua cd kesukaan kamu.”

Yoga menatap kotak itu, kemudian kembali menatap Jonan. Tetap membisu.

“Papa dapat cuti besar kali ini.” Ia tersenyum ke arah Yoga. “Kita bisa jalan-jalan…ke tempat-tempat yang selalu diceritakan mama.” Suaranya bergetar. “Kita bisa kunjungi semua tempat yang diimpikan mama.”

“Papa nggak akan sanggup bersama aku seharian.” Ujar Yoga ketus.

Jonan menahan airmatanya jatuh. Ia menggeleng-geleng. “Papa sanggup, nak… sanggup.” Suaranya bergetar sedih.

“Bukannya papa lebih nyaman tanpa aku?”

Jonan menggeleng-geleng. Ia memegang bahu Yoga, kemudian memeluknya. “Papa membutuhkan kamu, nak… Papa menyesal…dan papa berjanji akan merubah sikap papa.”

Mereka kemudian sama-sama terdiam. Yoga melihat penyesalan yang besar di mata Jonan. Ia menyadari kesalahannya. Yoga mencoba mencairkan suasana.

“Terima kasih pa…sudah membawakan CD aku.”

Jonan mengangguk. Ia merasa lega.

“Mengenai jalan-jalan….nanti papa menyesal membawa aku. Karena aku hanya akan punya sebelah kaki.” Ujar Yoga dengan nada kecewa. “Atau bahkan semua kaki.”

Tangis Jonan pecah. Ia memeluk Yoga erat. “Bisa nak…segala cara akan papa lakukan. Walaupun harus menggendongmu.”

Lihat selengkapnya