Hari ini hari adalah hari tersibuk bagi Kiran karena dirinya harus bertukar shift dengan temannya yang sedang sakit. Tubuhnya mulai terasa sangat lelah, tetapi lelahnya hilang seketika ketika melihat Rio tersenyum di depan pintu restaurant sambil menatap dirinya.
Kiran balas tersenyum. Pria itu lantas berdiri setengah bersandar pada mobilnya sambil memainkan ponsel.
Bella yang sedang satu shift dengan Kiran tersenyum menggoda melihat Kiran yang tak melepaskan pandangannya dari kekasihnya itu.
"Liat pacar lo, bikin gue cuci mata tiap hari Kiran." Bisik Bella menggoda.
Kiran menoyor pipi Bella pelan. "Punya gue itu!!" timpal Kiran.
Melihat restaurant yang sudah sepi dan tak ada pengunjung, Kiran pun menaruh celemek yang di pakainya, "Aku nemuin Rio dulu sebentar," Ijin Kiran pada Bella. Wanita itupun mengangguk seraya melanjutkan kegiatan membersihkan meja.
Setibanya di luar restaurant, Kiran menghampiri Rio dengan senyum yang tak lepas dari kedua sudut bibirnya.
"Ah, kangen banget aku hari ini sama kamu Ki!" ujar pria itu seraya memeluk Kiran dengan hangat.
"Apaan sih Rio? Tiap hari ketemu juga!" sahut Kiran seraya melepaskan diri dari dekapan sang kekasih.
Rio hanya tersenyum dan terus menatap wajah Kiran dalam-dalam. "Love you Kiran Teona."
Mendengar pernyataan Rio, membuat wajah Kiran seketika merona.
Ya ...
Rio paling senang mengungkapkan bagaimana perasaannya secara terang-terangan walaupun di depan umum sekalipun. Selama berpacaran dengan Rio, dirinya selalu dibuat melambung tinggi dengan sikap dan kata-kata manis yang terlontar dari mulut pria tampan itu. Jelas terlihat, Rio sangat mencintai Kiran.
Ketika jam sudah menunjukkan tepat pukul sepuluh malam, Kiran bergegas masuk kedalam restaurant kembali dan mengganti pakaiannya di loker. Wanita itu keluar hendak menghampiri Rio yang sedang menunggunya di dalam mobil. Namun, saat dirinya keluar dari ruang loker, ia melihat Bella sedang dihimpit pada dinding oleh seorang pria yang dikenal sebagai kekasih Bella yang sering Bella ceritakan.
Kiran menghampiri Bella secepat mungkin.
"Apa-apaan ini?" Bentak Kiran.
Dika melirik sesaat pada Kiran dengan tatapan tak peduli dan kembali menatap Bella dengan tatapan kesal.
"Bukan urusan lo!!" tekan Dika.
"Lo kaya gini namanya udah kekerasan, gue gak bisa tinggal diam dan pergi gitu aja." Ujar Kiran dengan nada sedikit tinggi.
Dika mendengkus seraya tersenyum sinis, lalu melepas himpitan tangannya pada Bella dan berjalan mendekati Kiran.
Menyadari Dika mulai diselimuti amarah, Kiran perlahan berjalan mundur sedangkan Dika terus berjalan maju mendekati dirinya, hingga ia berada diujung bangunan dan tubuhnya menabrak tiang penyangga.
"Lo cuma berani sama perempuan? Pengecut!!" sindir Kiran berusaha melawan rasa takutnya.