Waktu terus berputar. Hari demi hari terus terlewati. Semakin hari rasa sakit bekas benturan saat itu semakin menjadi-jadi, dan cukup sulit ditahan. Beruntungnya, Rio sedang disibukkan dengan disertasi S3 kedokterannya, hingga mereka sangat sulit hanya untuk sekedar bertemu. Kiran dan Rio saling berkomunikasi hanya melalui whatsapp ataupun video call saja.
Hari ini, Kiran kembali mendapat pertukaran shift dengan temannya lagi dan bekerja dari pagi hingga malam hari. Setiap tubuhnya mulai merasa kelelahan, kepalanya mulai terasa sakit lagi. Kiran bergegas masuk ke dalam pantry lalu mengambil obat pereda sakit kepala di kotak p3k yang disimpan diatas lemari pantry khusus karyawan, lalu segera meminumnya.
"Ki, udah tiga hari ini gue perhatiin lo minum obat sakit kepala terus, lo kenapa?" Tanya Beni yang sedang satu shift dengan Kiran.
Kiran hanya tersenyum seraya menaruh kembali kotak p3k ke tempat asalnya. "Gak apa-apa Ben, gue lagi agak sakit kepala aja nih beberapa hari ini," jawab Kiran.
"Pacar lo kan dokter Ki, kenapa lo gak minta diperiksa aja?" Saran Beni.
Kiran hanya menggeleng sambil tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Beni.
Gadis itu kembali ke tempat memasak dan mengambil beberapa pesanan para tamu, menaruhnya di atas nampan lalu membawanya. Sejak pagi hari hingga malam, memang cukup banyak pelanggan yang datang ke restaurant dan membuat Kiran cukup kewalahan dibuatnya.
Setelah para pelanggan keluar dan waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lebih lima belas menit, Kiran yang sedang menaruh beberapa piring kotor seketika itu juga terduduk di lantai dapur sambil bersandar pada dinding, merasakan sakit di kepalanya yang sangat luar biasa. Tubuhnya penuh dengan keringat, napasnya tersengal, wajahnyapun terlihat pucat pasi.
Beni yang baru selesai menutup rolling door restaurant dan hendak mengambil lap didapur untuk membersihkan meja pun menghampiri Kiran yang sedang terduduk lemas.
"Ki ... Kiran!" Panggil Beni. Pria itu berlari menghampiri Kiran dan berusaha membangunkan rekan kerjanya itu.
Namun, Kiran yang sudah tak kuasa menahan rasa sakitnya, akhirnya terkulai dan pingsan di atas tangan Beni.
Beni yang panik segera meraih ponselnya dan menghubungi kontak darurat, meminta ambulan segera datang ke restaurant secepat mungkin,
"Rekan kerja saya tiba-tiba pingsan! Bisa dikirimkan ambulan secepatnya?"
"Baik pak, bisa di beritahukan alamatnya?" tanya seorang petugas panggilan darurat dari seberang telepon.
Beni pun segera memberitahukan alamatnya lalu memutuskan panggilan tersebut.
"Ki ... Kiran, bangun Ki!!" panggil Beni berusaha membuat Kiran tetap sadar.
***
Hampir delapan jam Kiran tak sadarkan diri. Dan kini perlahan, Kiran membuka matanya. Berusaha memfokuskan pandangannya yang masih buram, lalu melirik ke samping kiri dan kanannya.