Hai!
Perkenalkan namaku Melody Giovanni. Aku anak bungsu dari delapan bersaudara. Aku memiliki empat kakak laki-laki dan tiga orang kakak perempuan. Masing-masing dari kami memiliki selisih umur dua tahun. Anak pertama sampai anak keempat adalah laki-laki, lalu anak kelima sampai kedelapan adalah anak perempuan. Pas sekali!
Aku terlahir di keluarga kaya raya. Papa memiliki bisnis di bidang properti, fashion, makanan, dan masih banyak lagi. Beliau memiliki sejumlah cabang perusahaan dan anak perusahaan. Keluarga Giovanni telah dikenal sebagai keluarga pebisnis paling kaya di Indonesia.
Aku memang hidup bergelimang harta. Teman-teman sekolah bahkan kampus selalu berkata, “enak ya, jadi Melody. Apa-apa diturutin.” Ya, memang. Semua permintaan aku bahkan kakak-kakak perempuanku selalu dituruti Papa. Tapi mereka yang berpikir seperti itu, tidak tahu alasan mengapa Papa selalu menuruti kemauan kami bahkan terbilang memanjakan kami anak perempuannya.
Pertama, kami –anak perempuan- dilarang untuk bekerja setelah kuliah atau semasa kuliah. Di saat apapun, pokoknya kami dilarang bekerja! Alasannya? Karena Papa nggak mau anak-anak perempuannya memiliki jabatan lebih tinggi dari anak-anak laki-lakinya. Padahal, hal itu jelas tak akan terjadi karena perbedaan usia kami. Para kakak laki-laki pasti lebih unggul daripada kami.
Kedua, kami –anak perempuan- tidak diizinkan untuk memilih pendamping hidup. Calon suami kami kelak akan ditentukan pada pilihan Papa. Boleh saja jika satu diantara kami memilih calon dan memperkenalkannya pada Papa, Papa akan setuju jika calon mantunya memiliki kasta setara dengan kami. Kalau tidak, siap-siap laki-laki itu akan didamprat keluar oleh Papa. Tak hanya berdampak ke lelakinya, tapi kami pun kena dampaknya. Kami akan dikurung, dipingit, sampai calon pilihan Papa menampakkan diri. Kami para perempuan hidup hanya untuk menunggu pasangan yang diberikan Papa.
Dalam satu tahun, aku beserta kakak perempuanku –Kak Ratna, Kak Aleah, dan Kak Olivia- sering berpergian keluar negeri, minimal dua kali dalam setahun. Apalagi saat libur pergantian semester, dalam satu bulan bisa dua kali pergi ke luar negeri. ‘Hebat’, mungkin orang lain berpikir seperti itu, tapi itu kemauan Papa. Papa selalu bilang, tugas anak perempuan yaitu menghabiskan uang dari yang bekerja –kakak laki-laki dan Papa-. Ya sudah, dari pada uang menumpuk di ATM, lebih baik kita gunakan untuk berpergian ke luar negeri atau luar kota. Hanya kami berempat, anak-anak perempuan yang gabut.
Tahun ini, kami berencana ingin pergi ke Korea Selatan. Kak Aleah terserang virus drama korea baru-baru ini berkat Kak Ratna. Kak Aleah selalu menolak jika disuguhi drama korea, sampai akhirnya ia jatuh cinta dengan negeri gingseng itu akibat Crash Landing On You.