Bayu bernapas lega setelah tiba lagi di kamarnya. Dilihatnya hoodie hitam yang masih tergeletak di sofa. Dia tersenyum lalu didekati benda itu.
"Icha oh Icha," ucapnya pelan usai menghirup hoodie hitam di tangannya.
Wangi Scarlet warna pink. Wangi cewek cakep!
"Lama banget sih? Keburu Isya!"
Miko mencak-mencak saat melihat Bayu keluar dari rumah.
Bayu acuh-acuh aja. "Yaudah cabut yuk!"
Ketiga cowok itu segera menyalakan mesin motor masing-masing. Bu Ranti cuma geleng-geleng sambil memandangi mereka dari teras rumah.
Tak lama kemudian suaminya pulang.
"Asalamualaikum!"
"Walaikum salam!"
"Loh, Mama lagi ngapain di teras sendirian? Nungguin Papa, ya?" goda Pak Aldi-ayahnya Bayu yang katanya ganteng mirip Ariel Noah. Dia ngomong gitu sambil senyum-senyum pada istrinya.
Bu Ranti tersenyum kecut. "Apaan sih, Papa! Orang Mama abis lihatin Bayu kok!"
"Emang Bayu kenapa, kok dilihatin?"
Sambil berjalan bersisian memasuki rumah, Pak Aldi bertanya lagi kepada istrinya.
"Itu Pa! Masa anaknya Pak Kades kasih motornya sama Bayu. Terus minta diantarkan ke rumahnya! Kan aneh, ya?"
Pak Aldi tampak kaget lalu berpikir sejenak sebelum menanggapi ucapan istrinya dengan tenang.
"Mungkin mereka berteman, Ma. Makanya Icha nggak sungkan titip motornya sama Bayu."
Bu Ranti menggeleng, "Bayu bilang kenal juga enggak! Masa bisa kasih motornya ke dia, Pa?"
"Ya, mungkin belum berteman tapi akan berteman, Ma. Udahlah nggak usah mikir macem-macem! Namanya juga dunia anak muda! Suka aneh-aneh!"
Bu Ranti manggut-manggut menanggapi penjelasan suaminya. Kemudian dia bicara lagi sewaktu mereka tiba di ruang makan.
"Mama sih nggak apa-apa kalo Bayu deket sama anaknya Pak Kades. Cuma agak minder aja sih, Pa! Masa iya Pak Kades yang sedang merangkap jadi Walikota itu mau berbesan sama kita?" katanya sambil menyodorkan piring makan untuk Pak Aldi.
Pak Aldi geleng-geleng sambil senyum mendengar omongan istrinya yang bukan main itu.
"Mama ini terlalu banget ngehayalnya. Mana mungkin lah Pak Kades mau berbesan sama kita! Udah lah, Ma! Jangan di bahas lagi! Papa mau makan, udah laper nih!"
Bu Ranti jadi kesal, "Ih, Papa kok ngomongnya gitu? Ya, siapa tahu Bayu berjodoh sama Icha! Kita 'kan nggak tahu, Pa!"
"Iya-iya. Semoga saja ya, Ma!" Pak Aldi mengusap punggung lengan istrinya yang sedang merajuk.
Bu Ranti cuma tersenyum kecut menanggapi.
~•~
Bayu bersama kedua temannya tiba di depan gerbang rumah paling besar dan mewah di desanya.
Menurut tukang batagor yang biasa mangkal di depan sekolah, rumah dua lantai yang dindingnya warna putih itu adalah rumahnya Pak Kades di mana jodohnya berada.
Eh?
Jodoh?
Waduh!
Bayu sempet-sempetnya menghayal!
"Pencet bel nya noh!"
Miko menunjuk tombol merah yang berada di sisi pintu gerbang. Ali segera maju dan langsung pencet tombol warna merah di sekitar.
Di rumahnya nggak pake bel pintu. Kalo ada tamu biasanya cuma ngucapin salam. Kalo nggak ada yang menyahut, pasti pintunya langsung digedor. Pencet bel begini merupakan pengalaman baru untuk si Ali selama 18 tahun hidup di bumi.
Ting tong!
Ting tong!
Ting tong!
"Kebanyakan lo pencet bel nya entar soak itu bel rumah orang woi!" Miko menoyor kepala si Ali yang lagi asyik mencet bel pintu rumahnya Pak Kades.
Bayu cuma menoleh sambil pasang muka suntuk melihat kelakuan dua temannya yang norak. Tapi kenapa ini pintu gerbang belum juga ada yang bukain? Apa Nggak ada orang di rumah Pak Kades?
"Woi! Siapa yang pencet bel?! Berisik amat!"
Ali sama Miko kaget banget pas ada kepala yang tiba-tiba nongol dari celah kecil pintu gerbang itu. Dikiranya setan. Kedua pemuda itu mau teriak kenceng.
"Maaf, Pak! Saya mau ketemu sama Pak Kades!" Bayu buru-buru maju.
Aming selaku security di rumah Pak Kades menatap Bayu dengan teliti dan sinis.
"Mau ngapain cari Pak Kades?" tanyanya kemudian.
Bayu menangapi dengan tenang meski sebenarnya dia agak gugup.
Sumpah! Baru kali ini dia datang ke rumah orang nomor satu di desanya. Tapi dia nggak boleh nervouse. Lagian bentar lagi juga dia akan terbiasa datang ke rumah ini kok! Itu pun kalo sekiranya Pak Kades yang terhormat bersedia menerimanya jadi mantu.
Tiba-tiba saja muncul pikiran kayak gitu di benak si Bayu. Dia juga heran. Yang nulis juga ikutan heran. Kalo yang baca gimana?
Heran juga, nggak?
"Gini, Bang. Saya mau antar motornya anak Pak Kades!" jawab Bayu.
Aming menoleh ke arah motor yang Bayu tunjuk. Dia hafal, itu motornya Icha.
"Itu motornya Neng Icha, kan? Kok bisa ada sama kamu? Terus Neng Icha nya mana?"
Ditanya begitu, Bayu jadi gelagapan.
Miko dan Ali berniat mau bantu jelasin, tapi si Aming nyerocos terus kayak burung beo belum dikasih umpan.
"Wah, ini pasti kalian bertiga udah berbuat yang nggak-nggak sama Neng Icha, kan?! Ayo ngaku!"
Bayu menggeleng. Miko sama Ali pasang muka takut.
"Enggak kok, Bang!"
"Maling mana ada yang mau ngaku!"
"Maling?"
Sedang rusuh mereka bertiga di depan pintu gerbang, tiba-tiba sebuah mobil membunyikan klakson dan bikin jantung mereka semua nyaris mau copot.
Aming segera mendorong Bayu lalu membuka pintu gerbang dan mempersilakan mobil itu masuk.
"Awas ya kalian, saya laporin sama Pak Kades!"
Bayu, Miko dan Ali jadi nganga mendengar ancaman satpam itu.
"Ada siapa itu, Bang?" tanya Ifay yang baru keluar dari mobil. Dia baru saja pulang kuliah.