Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata cinta, persahabatan, dan keluarga. Pasti semua orang memiliki penilaian berbeda mengenai hal tersebut. Yang sama adalah kita pasti memiliki itu semua atau bahkan hanya sementara memiliki nya. Kehidupan menurut Seorang Reynald Ervano adalah sendiri tanpa adanya cinta, sahabat maupun keluarga. Jelas hal tersebut membuat dirinya menjadi orang yang sangat berbeda.
Di lorong menuju kelas, Reynald menjadi pusat perhatian semua siswa dan siswi yang sudah tau siapa dirinya. Ya Reynald terkenal dengan sikap arogan sekaligus sikap pendiam nya, ia tak akan berbicara jika tidak penting. Ia datang ke sekolah hanya menjalankan kewajibannya sebagai siswa, sisanya ia akan berbuat sesuka hatinya. Datang terlambat, tidak mengerjakan tugas, bolos, dan kenakalan lainnya. Hal itu membuat para guru menyerah dan berharap Reynald akan berubah seiring waktu berjalan.
Brakkkkk ...
Suara pintu itu mengagetkan semua orang yang ada diruangan tak terkecuali guru yang sedang mengajar. Tanpa merasa bersalah Reynald langsung duduk di kursi keramatnya yaitu dipojok kanan kelas dan membiarkan kursi disebelahnya kosong karena tidak ada yang berani duduk berdampingan dengannya.
"Reynald kamu datang terlambat lagi kenapa?" Tanya Bu Anggi guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelasnya yang sangat baik dan lemah lembut, ia selalu mamahami kebiasaan buruk Reynald dan tidak mempermasalahkannya. Karena menurut Bu Anggi masa remaja menjadi masa yang sangat sulit karena cobaan hidup akan semakin bertambah dan kian berat untuk dipikul.
Reynald yang ditanya pun hanya diam dan memasang headset ditelinganya sambil menyandarkan tubuhnya di kursi tanpa mempedulikan sekitar. Siswa lain pun diam karena sudah tau bagaimana Reynald.
"Baiklah pelajarannya cukup sampai disini. Jangan lupa belajar lgi dirumah, Selamat siang anak-anak"
"Siang Bu" sahut semua siswa di kelas.
Semua siswa pun berhamburan keluar kelas menuju kantin atau ke taman belakang sekolah untuk berkumpul walau hanya sekedar beristirahat menghilangkan suntuk setelah berjam-jam belajar.
Berbeda dengan yang lain Reynald lebih memilih berdiam diri dikelas sambil mendengarkan lagu favoritenya. Bagi Reynald yang menarik di dunia ini hanya musik, setidaknya dengan mendengarkan musik ia tidak perlu mendengarkan ocehan tidak jelas dari semua orang yang sibuk mengomentari kekurangan orang lain tanpa peduli apa yang kurang dari dirinya sendiri.
Ia benci dengan semua orang yang bersikap baik di depan orang lain padahal dalam hatinya tidak dan menjadi orang yang tidak jujur dengan dirinya sendiri. Bagi Reynald jika tidak suka maka katakan, hidup terlalu rumit hanya untuk orang-orang yang bermuka dua.
***
"Ara turun, makan dulu !!!" Teriak Bunda Eva nyaring agar anak bungsunya itu mendengar suaranya.
Yang dipanggil pun turun dengan muka kusut karena seharian ini ia hanya uring-uringan di kamar. "Gausah teriak kan bisa Bun, Ara ngga tuli " sungut nya.
"Bawel banget sih buruan makan, kamu ngapain seharian di kamar aja?"
"Nonton lah ngapain lagi"
"Nonton mulu, habis ini mandi terus siap-siap" perintah Bunda Eva
"Ngapain lagi sih Bun, malas ah" jawab Ara
"Kamu lupa besok kamu sekolah, jadi harus beli perlengakapannya hari ini" peringat Bunda Eva
Ara hanya menghembuskan nafas kasar mendengar kata-kata Bundanya, Ara memang baru pindah dua hari yang lalu ke Jakarta, jadi ia harus pindah lagi ke sekolah baru yang ada di Jakarta padahal baru saja ia mendapatkan sahabat baik di Lombok. Sebenarnya Ara tidak ingin pindah tapi apa boleh buat pekerjaan Ayahnya lah yang membuat ia dan keluarga harus pindah-pindah tempat.
Hari sudah semakin sore, Ara sudah membeli beberapa perlengkapan baru untuk sekolah. Namun namanya pergi sama ibu-ibu pasti ada saja kegiatan lain yang di lalukan saat belanja. Saat ini ia sudah ada di Supermarket yang ada di mall untuk menemani Bundanya belanja bulanan, Ara sudah bosan mengikuti Bundanya memilih beberapa kebutuhan dapur, tanpa sadar Ara menabrak seseorang yang ada di sampingnya.
"Aduhhh" keluh Ara
"Maaf ya ngga sengaja" ucap Ara lagi
Orang tersebut menatap lama mata Ara sebelum pergi meninggalkan Ara sendiri seperti angin lalu.
"Gila sombong banget tu orang. Eh tapi siapa tau dia bisu, positif thinking aja dia bisu" gumam Ara.
"Ara kamu dimana" teriak Bunda Eva nyaring
"Disini Bun" balas Ara
"Bunda malu-maluin banget sih teriak gitu, kan aku gabakal ilang juga" Omel Ara setelah sampai di hadapan sang Bunda.