Dari balik dinding pemisah dapur dan ruang tamu, ia bisa melihat gadis itu dengan jelas, sedang mencuci tumpukan piring bersama lagu yang tercipta dari aliran air keran. Celemeknya yang kotor bertambah kotor oleh bekas air yang mengering, membentuk pulau-pulau, namun tidak dipedulikannya. Anak- anak rambutnya bersarang di dahi, basah oleh keringat.
Hanya pemandangan itu, namun seolah hatinya dibanjiri kebahagiaan yang membuncah, yang memicu energi positif bagi tubuhnya sendiri.
Ia tersenyum dalam hati, kemudian segera berpikir ulang, bahkan hanya untuk tersenyum saja, ia harus melakukannya dalam hati.
Lalu bagaimana dengan perasaannya?
Ia merasa mudah-mudah saja hanya menggambarkan emosinya dalam hati, namun untuk apa yang ia rasakan saat ini, sepertinya susah jika hanya disimpan dalam hatinya sendiri.
Perasaan memang tercipta untuk hati. Namun ia rasa, membiarkannya disana selama-lamanya bukan keputusan yang tepat.