Sabri membuang napas secara kasar, keadaannya sekarang sungguh kacau dengan tubuh banjir peluh dan pakaian kusut yang ikut basah karena peluhnya sendiri, serta berwarna kehitaman akibat serangan debu. Ini hari minggu, dimana seharusnya remaja SMA seusianya berlibur setelah satu pekan sekolah yang membuat penat, atau setidaknya bersantai di atas kasur menamatkan tabungan episode drama korea. Tapi sekarang, Sabri malah terjebak di tempat ini.
Hari ini kegiatannya lebih mirip kerja rodi, meskipun ia melakukannya seolah- olah tanpa paksaan atau tekanan ketika tadi mengiyakan ajakan pekerjaan ini. Kalau bukan Mamanya yang meminta, ia bahkan tidak sudi menginjakkan kaki di lantai tempat ini. Rumah purba, sudah kosong selama tiga tahun. Kalian harusnya sudah bisa menebak bagaimana kacau kondisi tempat itu.
Debu dan sarang laba- laba dimana- mana, bahkan ketebalan dan panjang mereka bisa diukur dengan penggaris. Satu hal yang bisa Sabri syukuri adalah, rumah itu untungnya tidak ber- kecoa. Meskipun dari jauh bentuk mereka mirip kurma, tapi Sabri tidak pernah tahan dengan bau yang biasanya menjejak dari bekas tubuh binatang itu. Selain mengepel seluruh lantai, menata ulang sisa perabot dan membuat bangunan itu menjadi lebih harum, pekerjaan yang lain murni menjadi milik Sabri sementara pekerjaan- pekerjaan tersebut dikuasai Mama. Sabri sebenarnya cuma bertugas mengelap jendela kemudian menggosoknya dengan kemucing, tapi pekerjaan itu saja baru tuntas menjelang matahari terbenam.
Kemudian begitu pembersihan yang dilakukan Sabri dan Mamanya selesai pada pukul lima sore tepat, yang tersisa tinggal wajah kusut yang bergurat lelah milik mereka berdua.