Tak terasa, sore hari telah tiba. Resya sedikit sedih karena dari tadi pagi Gatra tidak menghubunginya dan mengucapkan ulang tahun kepadanya. Adiknya pun pasti lupa, dari tadi pagi tidak mengucapkan apa-apa kepadanya. Resya hanya mendapatkan ucapan ulang tahun dari sahabat-sahabatnya lewat video call tadi. Saat memikirkan Gatra, tiba-tiba terdengar suara dering telepon dari handphone gadis bermata sedikit belo itu. Ia langsung bergegas mengeceknya. Senyuman terlukis di bibirnya saat melihat nama Gatra di sana.
“Halo? Kenapa Tra?”
“Syaa tolongin gue Sya tolong!” teriak Gatra dengan panik.
“Eh lu kenapa?”
“Tolong! Tolong!”
“Lu ada dimana sih?”
“Gue ada di depan rumah lu sekarang.”
“Hah?”
“Kenapa kak?” tanya Arka yang tiba-tiba masuk ke kamarnya.
“Gak tau.”
Resya langsung beranjak dari tempat tidurnya mematikan telepon dari Gatra dan bergegas lari menuju ke luar rumah. Arka yang mengetahuinya pun turut mengikuti Resya. Saat ia sampai di depan pintu rumah, Resya tak melihat siapa-siapa di depan pagar. Tak ada Gatra di sana, Resya semakin bingung. Spontan ia kembali menelpon Gatra. Saat sedang menunggu Gatra mengangkat telponnya, tiba-tiba Gatra muncul dengan membawa gitar dan menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun dari Jamrud.
Suara Gatra yang sangat merdu sangat mampu sekali meluluhkan hati Resya pada saat itu. Gatra yang merupakan teman dekat Resya selalu bisa melakukan apa saja untuk menyenangkan hatinya. Dulu waktu pertama kali mereka bertemu, Gatra terkenal dengan sifat dinginnya terhadap perempuan di kampus. Namun, semenjak kenal dan dekat dengan Resya, dia menjadi sosok yang sangat romantis dan perhatian. Ntah, ia berubah atau sifat aslinya yang mulai terlihat. Saat mengetahui ternyata Gatra mengerjainya, Resya merasa sedikit kesal bercampur senang.
“Kenapa suka banget bikin khawatir sih?” teriak Resya dari depan pintu rumah melihat Gatra yang berada di luar pagar.
“Tapi seneng kan?” teriak Gatra balik.
Resya tersenyum lalu melangkah menghampiri Gatra.
“Eh eh mau kemana?” ujar Gatra dari kejauhan
“Nyamperin lah.”
“Lu pasti lupa kalau lagi pandemi kan?”
“Oh iya. Lu juga udah tau keadaan masih kayak gini. Kenapa kesini?”
“Udah gak kuat nahan beban gue.”
“Hah? Beban apa?” tanya Resya bingung, khawatir jika Gatra mempunyai masalah yang berat.
“Beban kerinduan lah.”
“Idih alay,” sahut Resya sembari tersenyum tersipu malu.