Melukis Malam

Adira Putri Aliffa
Chapter #3

Deep Talk

Setelah badai yang besar, selalu ada mentari yang siap bersinar. Setelah malam menyapa, pagi selalu datang setelahnya. Begitulah siklus kehidupan yang selalu saja berputar. Kita hanya perlu menunggu waktunya. Hari ini rencana kegiatan Resya masih sama seperti biasanya. Mulai dari memasak makanan untuk dia dan adiknya, membersihkan rumah, melaksanakan kelas online, bersih-bersih lagi, menulis, bekerja menjadi freelancer, belajar, mengerjakan tugas, dan menulis lagi sampai waktu malam tiba.

Terdengar suara wajan dan spatula yang saling beradu menciptakan suara yang khas. Resya memainkan atraksi menumis kangkung dengan sangat lihai seperti chef-chef profesional dan abang nasi goreng pinggir jalan. Kobaran api yang mengelilingi wajan berhasil ia ciptakan. Resya benar-benar terlihat seperti sudah sangat professional. Di sebelahnya ia juga sambil menggoreng tempe kriuk favoritnya.

Setelah menumis kangkung dan menggoreng tempe, ia langsung mengulek cabai, bawang merah, bawah putih, terasi, garam, gula ke dalam sebuah cobek mini yang ia beli saat kunjungan di sebuah pasar perdesaan saat acara kampus bersama Gatra. Aroma masakan tumis kangkung, tempe, dan sambal mulai tercium memenuhi setiap sudut ruangan bahkan sampai ke luar.

Arka yang sedang membersihkan sepeda motornya pun merasa tergoda ingin segera makan. Ayam jago Pak Mamat pun kelihatannya juga tergoda dengan aroma masakan Resya, karena lagi-lagi ia menunjukkan suara serak-serak basahnya. Kini masakan Resya sudah siap disajikan, ia segera mengambil dua piring besar dan satu mangkok kecil untuk wadah sambal.

 

“Arkaa. Makanan udah siap, buruan sarapan dulu!” teriak Resya memanggil adiknya sembari meletakkan piring-piring tadi ke meja makan.

 

“Iya,” balas Arka yang segera berjalan masuk ke dalam rumah dan sudah siap untuk menyantap makanan buatan kakaknya itu. Saat sampai di meja makan, terdengar satu kata yang selalu saja diucapkan Arka berulang-ulang “Mantap.”

 

“Ya lah siapa dulu yang masak?” ucap Resya sembari mengambilkan piring, sendok dan nasi lalu memberikan kepada Arka.

 

“Makasih kak.”

 

Arka langsung menyantapnya dengan lahap.

 

“Enak gak?”

 

“Masakan kakak kan selalu enak kayak masakan mama.”

 

“Ya lah kakak kan belajarnya dari mama juga.”

 

“Bagus itu, jadi sebelum pergi, mama udah ngasih bakatnya ke kakak,” ucap Arka melanjutkan makannya.

 

“Alhamdulillah.”

“Makasih ya ma,” sahut Resya sembari menatap sebuah foto mamanya yang berada di dinding meja makan. Arka yang menyadarinya juga ikut menatap foto itu sembari tersenyum.

 

“Mama di sana tenang aja ya ma, gak usah khawatir. Kak Resya masakannya enak, Arka gak bakal kelaparan ma,” cetus Arka juga sambil menatap foto mamanya.

 

“Ya gimana gak kelaparan ma, sekali makan langsung dua piring,” balas Resya yang memergoki adiknya menambah nasi lagi dan lauk.

 

“Biar semangat menjalani harilah. Iya kan ma? Ya lah masa engga,” sahut Arka membela diri.

“Mama kira-kira bisa lihat kita sekarang gak ya kak?” sambungnya.

 

“Ini hari apa dulu?”

 

“Senin. Kenapa?”

 

“Ma, Arka udah mulai suka-suka an sama cewe lho ma. Kemarin Resya mergokin Arka lagi chat an sama cewe. Namanya Charisa,” ujar Resya sembari mendongak melihat sekeliling.

 

Lihat selengkapnya