Membawa Gamalama ke Boston

Muhammad Fitrah Pratama Teng
Chapter #2

17 Agustus 2019


Maskapai itu adalah Qatar Airways, maskapai internasional pertama yang akan membawaku terbang selama hampir satu hari dari Jakarta menuju Boston pada pukul 23.30 WIB, tepat di penghujung perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-74. Penerbangan yang cukup panjang akan aku tempuh dalam waktu 8 jam menuju Doha, Qatar dan dilanjutkan dengan 14 jam menuju Bandara Internasional Logan di Boston, Amerika Serikat. Senang bercampur sedih karena dalam waktu hampir 24 jam ke depan aku akan melihat Negeri Paman Sam dan akan meninggalkan Negeri Ibu Pertiwi tercinta selama 2 tahun.

Panjangnya perjalanan menuju garbarata pesawat, penumpang yang kebanyakan berambut pirang, percakapan penumpang dengan menggunakan Bahasa Inggris yang lebih sering terdengar, dan dinginnya udara bandara semakin membuat langkah masuk ke dalam pesawat terasa berat. Sambil menunggu antrian masuk ke dalam pesawat, seketika terasa getaran dan terdengar bunyi dari saku kanan celanaku.

“Fitrah, sudah sampai dimana, nak? Sudah sampai di Qatar?” muncul pesan Whatsapp dari Ibu di smartphoneku ketika akan melangkah masuk ke dalam pesawat. Pesan yang membuat langkah demi langkah ke dalam pesawat terasa semakin berat karena akan sangat rindu dengan keluarga yang akan aku tinggalkan untuk sementara waktu.

Setelah diarahkan pramugari ke kursi 31A yang aku pilih di dekat jendela pesawat, aku langsung membuka dan meletakkan ranselku yang cukup berat di ruang kabin yang sudah hampir penuh. Aku segera duduk di kursi yang deretannya sudah diisi oleh 2 penumpang lain di kursi 31B dan 31C. Sabuk pengaman kupasang erat, ponselku aku keluarkan untuk membalas pesan Ibu yang belum sempat dibalas tadi.

“Belum, Ma. Sebentar lagi mau take off dari Jakarta ke Doha. Nanti Fitrah kabari lagi kalau sudah disana,” balasku dengan jemari yang semakin berat untuk mengetik huruf demi hurufnya. Sejenak pandanganku tertuju keluar pada kerlap-kerlip lampu di sekitar Bandara Soekarno-Hatta hingga akhirnya balasan pesan itu aku kirimkan ke Ibu.

Tidak berapa lama kemudian muncul panggilan video dari nomor Ayah, panggilan video yang tidak aku angkat karena pesawat akan segera berangkat. “Papa, udah mau take off, nanti kalau sudah di Doha Fitrah coba video call balik ya,” pesanku ke nomor Whatsapp Ayah.

Mode penerbangan di smartphone kuaktifkan.

Lihat selengkapnya