Amerika bukanlah negara pertama yang terpikir di benakku setelah memainkan game Harvest Moon BTN. Negara itu adalah Jepang karena kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki. Alasan lain adalah karena aku ingin bertemu dengan para pembuat manga dan anime Jepang seperti Eiichiro Oda yang membuat One Piece, Gosho Aoyama yang menciptakan Detective Conan, dan Masashi Kishimoto yang mengenalkan anak-anak seumuranku dengan serial Naruto. Struktur mimpiku yang begitu kuat didorong oleh ketiga seri kartun Jepang ini.
One Piece yang mengajarkanku untuk terus semangat dalam menggapai mimpi, Detective Conan yang menciptakan keseimbangan pola pikir yang logis di setiap mimpi yang aku punya, dan Naruto yang selalu mengajarkan untuk selalu jadi lebih kuat setiap harinya.
Sejak kelas 5 SD sampai kelas 3 SMP struktur mimpiku cukup konstruktif terbentuk oleh cerita ketiga kartun Jepang ini. Hingga akhirnya mimpiku terbentuk menjadi lebih nyata dan jelas sewaktu pindah ke rumah orang tua sejak kelas 1 SMA.
Saat berada di bangku SMA, beberapa kakak tingkat dipilih untuk berangkat mewakili sekolah dan propinsi untuk pertukaran pelajar di Kanada dan USA. Kebetulan salah satu diantara mereka cukup aku kenal, namanya Kak Adit, seorang kakak kelas yang saat itu sudah duduk di bangku kelas 3 SMA. Seorang pelajar asal dari Tidore yang merantau ke Ternate karena merasa lebih tertantang. Dalam mata pelajaran Bahasa Inggris dia selalu mendapatkan nilai tertinggi sejak kelas 1 karena hafalan kosakata, seni merangkai grammar, dan aksen british yang terdengar sangat seksi. Dia tak tertandingi.
Terkadang Kak Adit sering mengganti guru Bahasa Inggris untuk mengajar di kelas jika guru itu berhalangan hadir. Dia selalu memberi semangat kepada adik-adik kelas yang mengalami kesulitan dengan pelajaran Bahasa Inggris. Aku termasuk salah satu diantaranya. Mungkin yang paling buruk diantara yang terburuk kemampuan Bahasa Inggrisnya.
Saat dia kembali dari USA, beberapa dari adik kelas mendapatkan oleh-oleh darinya. Aku termasuk adik kelas yang dibawakan buah tangan dari Negeri Paman Sam olehnya. Sebuah gantungan kecil bertuliskan “Harvard University”. “Fitrah, semoga kamu bisa kesini ya suatu saat nanti.” Pesan Kak Adit sebelum akhirnya dia lulus dan melanjutkan sekolahnya ke Makassar.