Peralihan dari Daylight Saving Time membuat waktu berjalan semakin cepat. Pun dengan waktu Ujian Tengah Semester atau yang disingkat dengan UTS. Entah kenapa aku merasa baru kemarin tiba di Amerika tapi saat ini sudah harus melewati UTS saja.
Sewaktu menempuh pendidikan sarjana di Surabaya selama 8 semester, aku hanya 3 kali mengikuti Ujian Tengah Semester. Itupun di mata kuliah umum seperti Kewarganegaraan, Matematika Arsitektur, dan Fisika Bangunan. Hal ini karena sebagian besar mata kuliah di jurusan arsitektur tidak mengadakan ujian tersebut. Progres penilaian dilakukan setiap beberapa minggu sekali hingga tugas besar yang dikumpulkan di akhir semester. Penilaian di jurusanku memang berbeda dengan jurusan lainnya.
Kali ini, di Amerika, di semester pertama perkuliahan pascasarjana aku harus menempuh 2 UTS sekaligus di minggu yang sama.
Nilai yang rendah yang selalu aku dapatkan dari tugas-tugas sebelumnya di mata kuliah Sustainable Systems dan Sustainability and Engineering Issues memotivasiku untuk belajar lebih giat sebelum ujian dilaksanakan. Aku menghabiskan waktu seminggu penuh untuk mempelajari apa yang sudah aku pelajari di 3 bulan terakhir. Lebih banyak waktu aku habiskan di perpustakaan daripada di apartemen. Setiap catatan mata kuliah aku baca, kujahit kembali setiap ingatan ilmu di pertemuan dengan Prof. Finnick.
Tanggal pelaksanaan ujian sudah ditentukan. Hanya saja, bentuk soal UTS ini sama sekali belum diinfokan oleh Prof. Finnick. Sangat sedikit juga kisi-kisi yang dia berikan sebelum pelaksanaan UTS. Aku hanya bisa mengandalkan setiap ingatan pelajaran yang aku catat dan pelajari darinya.
Ujian Tengah Semester untuk mata kuliah Sustainability and Engineering Issues adalah ujian yang pertama kali dilaksanakan. Setelah semua mahasiswa hadir di kelas, Prof. Finnick masuk dengan membawa setumpuk kertas. Di hari itu juga bentuk soal untuk UTS mata kuliah ini diumumkan yang berupa soal studi kasus. Terdapat 2 studi kasus dimana pada studi kasus pertama mahasiswa diminta untuk menganalisa sistem pasif yang berpengaruh terhadap kondisi termal bangunan seperti arah matahari, pergerakan angin, curah hujan, sebuah bangunan sederhana yang sudah dirancang. Setelah selesai menganalisa, setiap mahasiswa wajib menambahkan satu atau lebih perubahan yang dapat dilakukan agar sistem pasif tersebut berfungsi optimal terhadap bangunan. Sedangkan untuk studi kasus kedua, setiap mahasiswa harus merancang sebuah bangunan sederhana berdasarkan parameter yang sudah ditentukan oleh Prof. Finnick seperti iklim, cuaca, kelembapan, dan lokasi. Bangunan yang akan dirancang harus dilengkapi dengan gambar denah, perspektif 3 dimensi, serta alasan setiap keputusan desain yang diambil.
Sedikit merasa lega karena pada ujian kali ini diminta untuk menggambar. Sebagai seorang lulusan arsitektur, “This is my cup of tea!” ucapku lantang di dalam hati. Ujian pun dimulai dalam waktu 60 menit.