Amerika adalah negara yang merdeka dan tangguh. Sudah merupakan rahasia umum kalau Amerika adalah negara paling bebas untuk seorang individu berekspresi memenuhi tujuannya. Amerika juga dapat menjadi tempat pembelajaran tentang arti kebangkitan dari beberapa tragedi yang melahirkan monumen untuk dikenang dan dipelajari.
Hari kedua di New York, dengan cuaca yang mendung, kami menjelajahi beberapa tempat sekaligus. Kami terpecah menjadi 4 kelompok. Kali ini aku memilih untuk menjelajahi New York bersama kelompok yang terdiri dari 3 laki-laki dan 2 perempuan. Sebut saja nama mereka Dul, Kesar, Amrin, Edel, dan juga Nini. Grup ini dipimpin oleh Dul, seorang mahasiswa Ambon yang menempuh pendidikan di Missouri University. Sejak bertemu di Bandung, aku memang mengenal Dul sebagai seorang petualang yang suka mendaki gunung setiap 2 bulan sekali. Kali ini dia memimpin kami menelusuri kota bisnis terbesar di Amerika ini.
“Dul, kitong mau kemana saja hari ini?” aku penasaran karena hanya di grup inilah yang tempat wisatanya masih dirahasiakan sejak diumumkan sehabis makan malam. “Kamu bakalan suka tempatnya, Fit. Pertama kita akan ke sebuah pulau dan melihat sebuah patung besar disana,” jawab Dul tersenyum. “Oh my God! Patung itu? Let’s go, Dul!” Aku begitu bersemangat di pagi yang mendung itu.
Setelah selesai sarapan, kami berenam langsung memesan taksi Uber untuk menuju ke pelabuhan terdekat di New Jersey. Cuaca yang kurang bersahabat masih menyelimuti New Jersey, sesekali gerimis turun membasahi. Hanya butuh waktu 10 menit hingga akhirnya kami tiba di pelabuhan The Liberty State Park untuk menaiki kapal feri ke Liberty Island. Kabut yang menyelimuti pagi itu membuat Patung Liberty hanya terlihat siluetnya saja. Walaupun hujan gerimis mulai turun lagi, aku tetap mencoba merekam beberapa video menuju ke Patung Liberty dengan kamera GoPro untuk konten vlog di channel Youtubeku. Perjalanan dengan menggunakan kapal feri pun dimulai.
Sebelum ke Liberty Island, kapal kami singgah di pulau kecil bernama Ellis Island, pulau dimana National Museum of Immigration berada. Kami singgah disini terlebih dahulu untuk membaca beberapa kisah sejarah tentang perjuangan bangsa Amerika dan kedatangan para imigran di Negeri Paman Sam ini. Butuh waktu 30 menit untuk menjelajahi museum dan mempelajari berbagai macam sejarah di dalamnya. Setelah menyempatkan untuk berfoto bersama di gedung itu, kami melanjutkan perjalanan ke tempat Patung Liberty berada. Gerimis dan kabut masih menemani kami.
Dalam radius 500 meter akhirnya kami bisa melihat betapa megahnya situs warisan dunia yang diklaim UNESCO itu dari dekat di atas kapal feri. Walaupun dalam cuaca yang kurang mendukung, masih banyak orang yang mengunjungi tempat itu. Kami sempat bertemu dengan beberapa orang Indonesia di sekitar patung saat sedang berfoto. Setelah itu kami langsung menuju ke gedung museum yang berada di belakang area Patung Liberty. Disana kami berpisah untuk mengeksplorasi gedung itu masing-masing. Aku sangat tertarik dengan sebuah narasi puisi tentang patung ini di salah satu sudut museumnya. Terpasang di atas podium di sebuah ruang berdinding cermin yang hanya bisa dimasuki oleh satu orang. Aku mulai membaca narasi itu.
Freedom comes with sacrifice…