Membawa Gamalama ke Boston

Muhammad Fitrah Pratama Teng
Chapter #25

Semangat yang Bersemi di Awal Musim Dingin

Di Amerika sendiri tidak ada istilah “Semester Genap” dan “Semester Ganjil”. Yang dipakai adalah perkuliahan di musim gugur, semi, dan di musim panas yang biasanya sepi peminat. Tiga hari lagi menuju perkuliahan musim semi. Walaupun namanya “Perkuliahan Musim Semi”, rentang waktu perkuliahannya sebenarnya dimulai di awal musim dingin hingga memasuki pertengahan musim semi.

Malam nanti aku sudah ada janji untuk bertemu dengan Prof. Julius setelah dia balik dari liburan di Indonesia. Aku akan menceritakan masalahku dengan detail dan dia akan memberiku beberapa solusi. Sebelum bertemu dengannya, pagi itu aku pergi mencari beberapa baju musim dingin. Suhu di pagi itu sudah mencapai -1 derajat celcius. Dengan memakai beberapa lapisan baju dan jaket tebal aku berangkat ke sana menggunakan kereta trem.

Sepertinya aku datang terlalu pagi karena toko bajunya baru buka di jam 9 pagi. Aku singgah untuk sementara di kafe di sebelahnya untuk menikmati sarapan dan segelas kopi pagi. Rasa dan aroma kopi yang berbeda membuatku jatuh cinta dengan kafe yang baru aku kunjungi itu. Tidak hanya kopi, tapi biskuit coklat dengan tekstur yang renyah dan rasa cokelat yang kuat juga membuatku jatuh cinta dengan tempat itu. Tidak hanya kopi dan biskuit, rasa cinta yang lain juga muncul di ruang kafe bernuansa klasik itu. Secara kebetulan, aku bertemu dengan Mira.

Is that you, Mira?” Aku mencoba mengkonfirmasi bahwa aku tidak salah orang di pagi itu. “Fitrah? What are you doing here?” Mira sedikit terkejut dan balik bertanya kepadaku. Aku menjelaskan kalau aku akan membeli beberapa pakaian musim dingin di toko sebelah. Mira ternyata juga akan membeli beberapa kebutuhan disana. Kami berdua secara kebetulan memiliki agenda yang sama di sana. Mira mengajakku untuk duduk satu meja dengannya. Kopi dan biskuit aku pindahkan ke meja Mira dan obrolan diantara kami pun dimulai dengan begitu cair dan hangat.

“Fitrah, I know that this maybe a sensitive issue, but, I am just wondering how was your last semester?” Mira memulai dengan pertanyaan terkait hasil perkuliahanku di musim gugur kemarin. “Honestly, Hmm..I got an academic probation, so, next semester will be challenging for me?” Aku menjawab dengan jujur pertanyaan Mira. “Really? I thought that I am the only one who got the probation.” Mira ternyata juga mendapatkan surat teguran itu. Aku dan Mira mencoba saling memberi dukungan dan semangat untuk bisa lebih baik lagi di semester depan.

Let’s bounce back stronger and together next semester, Fitrah!” Dia kemudian menawarkan tangannya untuk dijabat. “Alright, Mira!” Kujabat tangannya erat dan kutatap wajahnya bak artis itu. Hangatnya tangan Mira menghangatkan udara di pagi itu. Menghangatkan hati seorang laki-laki dari timur Indonesia ini yang telah lama dingin tak ditempati.

Setelah pukul 9 pagi, kami berdua lalu beranjak menuju toko baju untuk berbelanja. Aku menemaninya terlebih dahulu untuk memilih beberapa kebutuhannya. Dia sempat meminta pendapatku tentang mana syal yang bagus untuknya. Kupilihkan yang berwarna merah marun yang menurutku akan sangat cocok dengannya. Mira kemudian menemaniku untuk membeli beberapa sweater di lantai 2.

Kami kemudian berpisah di stasiun trem setelah selesai berbelanja. Sebelum itu Mira memberi nomor Whatsappnya kepadaku. Sebagian besar aplikasi ini memang dipakai oleh orang-orang Asia, termasuk India. Dia memintaku untuk menghubunginya kapanpun aku butuh bantuan dan ingin berbelanja ke tempat tadi. Hatiku berbunga-bunga di sepanjang perjalanan pulang. Perasaan yang sudah lama tak aku rasakan kini bersemi lagi.

Lihat selengkapnya