Membawa Gamalama ke Boston

Muhammad Fitrah Pratama Teng
Chapter #27

COVID-19 : The Beginning Without The End

Sejak liburan di New York, wabah ini sudah mulai membuat sebagian besar orang-orang yang tinggal di Amerika gusar. Aku masih ingat di saat kembali ke Boston dari New York dimana sebagian besar orang-orang Asia, terutama China, mendapatkan perundungan karena wabah ini. Hal ini karena penyakit COVID-19 yang berasal dari negara tirai bambu itu. Di beberapa tempat pemberhentian bus aku selalu melihat orang-orang China yang dimaki bahkan sampai dilempar dengan bungkusan sampah oleh penduduk Amerika baik yang kaukasian maupun yang berkulit hitam. Diskriminasi terhadap mereka mulai terlihat karena kemunculan penyakit ini.

Boston yang dikenal dengan beberapa pusat riset kesehatan terbaik di dunia pun masih belum terlalu menghiraukan isu merebaknya penyakit ini hingga awal bulan Maret tahun 2020. Seiring meningkatnya kasus kematian yang disebabkan oleh penyakit ini, maka sebagian besar kampus di Amerika mulai memberlakukan sistem perkuliahan daring atau online. Northeastern University bahkan termasuk kampus pertama yang menggunakan sistem pembelajaran ini sejak pertengahan bulan Maret tahun 2020.

Perkuliahanku sedang baik-baik saja waktu itu. Nilai di atas 90 selalu aku dapatkan di beberapa tugas yang sudah aku kerjakan. Keaktifanku di dalam kelas untuk berdiskusi mulai tumbuh. Benih cinta antara aku dan Mira perlahan tumbuh subur juga. Curah salju mulai jarang turun ke bumi. Musim dingin segera pergi berganti dengan musim semi. Aku bersiap menikmati musim ketigaku di Negeri Paman Sam ini.

Musim semiku yang pertama ditandai dengan semakin berseminya wabah COVID-19. Endemi yang kemudian menjadi pandemi mulai membuat kekacauan besar di setiap negara. Termasuk Amerika dan Indonesia. Perhatianku terbelah menjadi 2 di saat itu. Kuliah dan keluarga.

Sampai pertemuan di kelas berubah menjadi pertemuan daring, aku tidak mengalami kendala apapun di mata kuliah yang aku ambil. Bahkan sangat terbantu dengan sistem ini karena bisa direkam dan bisa diputar ulang jika ada materi kuliah yang aku tidak pahami. Baik Prof. Shenna maupun Prof. Chris juga tidak memberikan tugas yang terlalu sulit selama masa peralihan. Tidak ada Ujian Tengah Semester di kedua mata kuliah juga sangat menguntungkan bagiku. Tugas membuat resume sebagai pengganti UTS juga sudah kukerjakan dengan baik setelah setiap minggu skill Bahasa Inggrisku dibimbing oleh Prof. Jeremy. John dan Robel yang setiap minggu mengasah kemampuan berbicara Bahasa Inggrisku juga adalah bantuan besar di semester ini. So far so good about my academic!

Namun, masalah lain datang justru dari keluarga di Ternate. Kakek terkena serangan stroke ringan di saat pandemi sedang melanda Indonesia dan di saat aku jauh darinya. Setiap minggu aku selalu menanyakan keadaannya dan keluarga di Ternate. Beberapa orang di kota kecil itu juga mulai terjangkit wabah penyakit ini.

Lihat selengkapnya