Ada pepatah yang mengatakan “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.”
Aku lulus dengan nilai A di mata kuliah Life Cycle Assessment dan nilai AB di mata kuliah Cities, Sustainability, and Climate Change. Hasil yang aku dapatkan sewaktu lulus adalah buah dari usaha, kerja keras, dan perjuangan yang telah aku tempuh sejak semester 1. Lebih tepatnya, sejak aku mendapatkan surat peringatan akan dikeluarkan dari kampus setelah melewati semester 1 yang buruk.
Dari IPK yang hanya di bawah 3,00. Aku kemudian bisa lulus dengan IPK lebih dari 3,50. Hal ini seperti dejavu bagiku karena IPK kelulusanku di sekolah pascasarjana ini sama persis dengan IPK kelulusanku sewaktu menempuh pendidikan sarjana di Surabaya dulu. Aku tak henti-hentinya bersyukur dengan nilai yang aku dapat di semester terakhirku di Northeastern University.
Elizabeth, Diana, dan Kak Rahmi juga lulus dengan nilai IPK yang lebih tinggi. Javin, walaupun sedikit mengalami kondisi yang sama sepertiku di semester awal, berhasil lulus dengan IPK di atas 3,00. Prof. Jeremy ikut senang mendengar kabar baik dari kami. Mahasiswa yang diajaknya untuk belajar di kampus tempat dia mengajar.
Ada pepatah yang mengatakan “Rejeki tidak akan kemana-mana”
Berita baik dariku bukan hanya nilai IPK yang tinggi saja. Akan tetapi, hal bahagia lain datang kepadaku dalam bentuk pengumuman di email kampusku. Dari ratusan naskah yang masuk, naskahku terpilih untuk dibacakan olehku sendiri di saat acara seremoni kelulusan. Aku bahagia setengah mati dan heboh sendirian di dalam kamar apartemen ketika mendapatkan pengumuman ini. Acara wisuda di Fenway Park akan diadakan 2 minggu setelah email itu kuterima.
Aku mencoba untuk menenangkan diri dan memutuskan untuk tidak memberitahu siapa-siapa dulu sampai aku benar-benar memastikan akan menjadi lulusan terbaik yang membacakan pidato kelulusan di acara wisudaku. Pihak kampus kemudian mengkonfirmasi tentang jadwalku memberi pidato seminggu sebelum hari-H. Sebelumnya juga akan diadakan gladi resik sehari sebelum seremoni wisuda.
Gladi resik dilakukan di aula Matthews Arena. Untuk pertama kalinya disana aku bertemu dengan rektor kampus yaitu Presiden Aoun dalam jarak yang sangat dekat. Orangnya begitu ramah dan ceria. Aku memperkenalkan bahwa aku akan menjadi pembaca orasi wisuda esok hari. Dia langsung menjabat tanganku dan memberi semangat untuk tidak gugup saat tampil nanti.
Selama 2 tahun hidup di Boston, aku sudah seringkali lewat di sekeliling stadion Fenway Park. Namun, ini kali pertamanya aku akan masuk ke dalam dan berdiri di tengah lapangan untuk membacakan naskah pidato kelulusan. Aku kemudian berpikir bahwa jawaban spontan yang aku utarakan di apartemennya Iksan mungkin didengar dan diijabah malaikat yang mungkin saja sedang lewat waktu itu. Mungkin, inilah waktu yang tepat bagiku untuk “Meninggalkan Nama” sebelum pulang kembali ke Indonesia dan Ternate.
Setelah gladi resik, aku memberitahukan bahwa aku akan memberikan pidato di acara kelulusan besok ke semua orang. Dari mulai keluarga di Ternate hingga semua kenalanku yang ada di Boston kukabarkan. Berbagai reaksi pun bermunculan.