Aku memutuskan untuk pulang.
Pulang karena tak kunjung mendapatkan respon dari ratusan lamaran magang yang sudah coba aku kirim ke berbagai perusahaan di Amerika. Pulang karena sewa apartemenku yang sudah hampir habis. Pulang karena visa pelajarku sudah habis masa berlakunya. Pulang karena keluarga di Ternate akan menjodohkanku dengan seseorang sesuai permintaan kakek sebelum dia pergi untuk selamanya.
Aku sempat mendapatkan undangan interview dari salah satu perusahaan di Kota Boston. Mereka bahkan mengundangku untuk datang ke kantor mereka yang terletak di sekitar dermaga Boston Harbor. Interview yang berjalan lancar, namun, sekali lagi aku belum berjodoh dengan perusahaan tersebut karena pengalaman kerja yang kurang menurut mereka.
Uang tabungan beasiswa yang kukumpulkan juga perlahan menipis dan mungkin tidak akan cukup untuk menyewa apartemen lagi untuk beberapa bulan ke depan. Visa pelajarku hanya tinggal menghitung hari untuk tidak berlaku lagi di Negeri Paman Sam.
Sebelum kakek meninggal, beberapa keluarga terdekatnya ingin sekali menjodohkanku dengan seseorang, dan dia sangat senang dengan hal itu. Aku kembali untuk mencoba memenuhi permintaan terakhirnya. Mencoba menyenangkan hatinya yang sudah tenang di sana.
Berat bagiku untuk pulang di saat sudah memiliki nama besar di Amerika. Aku masih ingin melanjutkan karir di negeri ini. Aku masih ingin terbang lebih tinggi. Namun, di suatu waktu aku sadar bahwa mungkin aku butuh waktu sebentar untuk pulang. Pulang untuk mempersiapkan banyak hal-hal besar sebelum kembali lagi ke Amerika Serikat suatu saat nanti.
Aku terlebih dahulu menginfokan kepulanganku ke Javin. Dia kemudian yang membantuku untuk mendonasikan beberapa barangku yang sudah tidak terpakai. Dia juga yang menemaniku mencari oleh-oleh untuk keluarga di Ternate. Kami menyempatkan untuk makan makanan laut di restoran favoritnya di kota kecil bernama Winthrop yang masih terletak di kawasan negara bagian Massachussetts. Perjalanan dari Boston menuju tempat ini ditempuh dalam waktu 20 menit. Aku mengatakan kepadanya bahwa suatu saat aku akan kembali.
Aku baru memberitahukan kepada Prof. Jeremy tentang kepulanganku seminggu sebelum keberangkatan. Dia pikir aku masih akan lama tinggal di Boston. Dia lalu mengajakku untuk makan siang di Quincy bersama dengan istrinya. Aku sudah menganggap Prof. Jeremy dan istrinya sebagai orang tua angkatku. Setelah selesai makan siang, Prof. Jeremy mengatakan bahwa dia akan mengantarkanku ke bandara di hari keberangkatan nanti. Aku mengiyakan dan sangat berterima kasih kepadanya.
Setelah selesai mengemas oleh-oleh yang sudah kubeli di dalam satu koper berukuran sedang, aku melanjutkan untuk mengemas barang-barang di koper yang lain. Satu per satu barang demi barang kumasukkan di koper yang agak besar. Memori demi memori kembali hadir sewaktu mengemas barang di koper kedua. Serasa baru kemarin mendarat di kota ini. Serasa baru kemarin melihat pepohonan berubah warna jingga dan bermain salju. Serasa baru kemarin melihat bunga bermekaran dan berjemur panas matahari. Serasa singkat untuk kepulangan ke Indonesia yang akan terjadi beberapa hari lagi.