Rizqi diam termenung dengan tatapan kosong. Ia kini tengah duduk sendirian di bangku taman yang ada di rumah sakit. Pikirannya melayang jauh memikirkan kata-kata Bayu mengenai kakaknya. Dia bingung harus mempercayai siapa. Antara kakaknya atau Bayu. Ingin sekali dirinya percaya pada kakaknya namun ia pernah melihat pakaian yang bisa dibilang sangat minim dan juga sepatu hak tinggi yang saat itu kakaknya bilang itu milik temannya. Namun disisi lain tak mungkin kakaknya melakukan pekerjaan sehina itu.
"Qi, ngapain disitu?" Tanya seseorang yang seketika membuyarkan lamunannya.
Rizqi menoleh ke sumber suara. Kakaknya terlihat berdiri seraya membawa kresek hitam di tangan kanannya yang ia tak tahu apa isinya. Rizqi tetap diam. Perasaannya kini berada di ambang keraguan. Ragu untuk mempercayai siapa.
"Kamu ada masalah? Cerita ke kakak, jangan dipendam," tanya Safa yang kini diliputi perasaan bingung.
Rizqi segera menjawab dengan isyarat gelengan kepala dan senyum tipis untuk meyakinkan kakaknya. Ia lantas berdiri dan mengajak kakaknya masuk ke ruangan Nayla karena gadis kecil itu tak ada yang menjaga.
"Kamu beneran nggak apa-apa? Kok kelihatan murung lagi?" Tanya Safa yang kini berjalan disamping adiknya. Perubahan ekspresi dari Rizqi dari murung menjadi senyum, lalu murung lagi membuatnya heran dan merasa khawatir.
"Nggak. Cuma capek aja. Laper," alibi Rizqi yang membuat Safa merasa lega karena ia mengira jika adiknya ada masalah.
"Kakak beliin bakso nih," kata Safa sambil mengangkat kresek hitam ditangannya dan menunjukkannya pada Rizqi.
Sampai di ruang rawat Nayla, Safa segera membuka laci dan mengeluarkan dua mangkuk dan dua sendok yang dibawanya dari rumah, lalu menuang bakso satu persatu ke dalam mangkuk tersebut. Rizqi hanya menatap bakso yang ada di depannya dengan pikiran yang dipenuhi berbagai pertanyaan. Pertanyaan yang sedari tadi menggelayut dipikirannya mengenai kebenaran ucapan teman kakaknya tersebut. Serta pertanyaan apakah makanan di depannya halal atau tidak.
Safa selesai menuang satu bungkus bakso. Ia lantas menggeser mangkuk yang telah terisi bakso ke arah Rizqi yang lantas membuat Rizqi segera mengalihkan pandangannya ke arah Safa, "Stop dulu Kak," katanya yang sontak membuat Safa bingung.
"Ini halal apa haram?" Tanyanya dengan jari telunjuk menunjuk ke arah bakso di depannya.
Pertanyaannya kini membuat Safa terdiam sesaat, merasa bingung harus menjawab apa. Kemudian dia tersenyum dan berujar, "Kok gitu pertanyaannya? Ya halal lah. Kenapa masih ragu ini halal apa enggaknya?"
Kini ganti Rizqi yang bingung harus menjawab apa. Ia juga terlihat diam sesaat sebelum mendapatkan sebuah alasan yang masuk akal, "Ya... kan, bisa aja yang jual pake daging tikus kayak yang disiarin di tv," alasannya.
Safa tertawa mendengar jawaban Rizqi. Lebih tepatnya tawa yang dipaksakan, "In syaa Allah halal. Udah, makan." Perintah Safa yang malah dibalas gelengan oleh Rizqi.
"Kenapa? Masih ragu?" Tanya Safa.
"Udah nggak nafsu," jawab Rizqi lalu berdiri dam berlalu pergi. Raut wajahnya kembali murung seperti sebelumnya yang kini membuat Safa bingung dan bertanya-tanya apa yang membuat Rizqi murung.
***