Gadis dengan seragam putih abu-abu itu terlihat sibuk berkutat dengan masakannya di dapur. Ia sibuk membalik tempe yang kini sedang terendam minyak panas di wajan. Sambil menunggu tempe yang digorengnya matang, ia menguleg cabai, bawang putih, dan sedikit garam hingga benar-benar halus. Setelah tempe yang dimasaknya matang, ia segera mematikan kompor dan meniriskan beberapa potong tempe tersebut agar tak berminyak saat disantap.
Gadis dengan name-tag Safa Nabila Zaira itu mengambil dua potong tempe dan mengulegnya bersama sambal bawang yang tadi dihaluskannya. Ia lantas menambahkan daun kemangi agar terasa sedap.
"Rizqi, Nayla! Ayo sarapan, " Teriaknya memanggil kedua adiknya disusul munculnya seorang remaja laki-laki dan seorang bocah perempuan.
Gadis itu lantas mengambil tiga piring dan mengambilkan nasi dan lauk untuk kedua adiknya dan juga dirinya, "Lauknya tempe lagi nggak apa-apa kan?" Tanyanya yang dibalas anggukan oleh kedua adiknya.
Mereka lantas sarapan bersama dengan lauk seadanya karena kehidupan mereka yang pas-pasan. Kedua orang tua mereka meninggal sejak beberapa bulan yang lalu karena kecelakaan. Jadi kini Safa harus menjadi tulang punggung bagi dirinya dan kedua adiknya yang juga masih membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya. Apalagi Nayla yang masih kelas tiga Sekolah Dasar. Ia harus kehilangan kasih sayang ayah dan ibu pada usia sembilan tahun.
Setelah sarapan Safa merendam piringnya dan juga kedua adiknya. Ia lantas meraih dompetnya dan mengeluarkan selembar uang dua ribu dan juga lima ribu rupiah. Dia memberikan uang dua ribu pada Nayla dan memberikan uang lima ribu pada Rizqi. Lantas kedua adiknya mencium tangannya bergantian.
"Kita berangkat ya Kak," pamit Rizqi setelah mencium tangan kakaknya.
Safa mengangguk, "Hati-hati ya. Belajarnya yang rajin. Jaga adek kamu dan anter dia sampe depan gerbang sekolahnya," Pintanya pada Rizqi. Sedang Rizqi mengangguk.
Mereka lantas berangkat ke sekolah. Safa berpisah dengan kedua adiknya karena mereka berbeda arah. Sebelum Safa berangkat ke sekolah, ia menitipkan dagangannya pada warung dekat rumahnya. Setiap hari ia berjualan keripik pisang dan menitipkannya di warung mak Sri.
***
Safa melangkahkan kakinya menuju kelas dengan sedikit tergesa-gesa karena bel masuk telah berbunyi. Ia lantas masuk ke dalam kelas dan duduk dibangkunya yang letaknya paling depan. Ia dan teman-temannya lantas membaca doa sebelum belajar.
Dari arah pintu masuk seorang cowok dengan tampilan yang sangat rapi. Dia adalah Arga. Ketua kelas XII-MIPA 2. Cowok yang disukai Safa sejak kelas sepuluh. Benih cinta tumbuh dihatinya karena mereka sering belajar bersama dalam persiapan olimpiade sains.
Arga terlihat membawa selembar kertas dan duduk di bangkunya, ikut membaca doa. Selesai membaca doa, ia berdiri dan meraih spidol. Tangan kanannya mulai bergerak menuliskan sesuatu dipapan tulis.
"Yes, jamkos," seru Nilam yang duduk di samping Safa. Raut wajahnya terlihat senang.
"Safa," panggil Nilam seraya menatap Safa dengan mata berkedip sebelah.
Safa tahu apa maksud Nilam. Gadis itu ingin menyontek tugas Safa karena Nilam tak ahli dalam mata pelajaran kimia. Sedangkan Safa menghela nafas dan mengangguk.
Lantas Safa mengeluarkan buku-buku dan alat tulisnya. Ia mulai membuka soal yang ditugaskan gurunya untuk dikerjakan. Safa membaca soal dan mencoba memahami. Ia lantas mulai mengerjakannya dengan tenang.
Safa menghentikan kegiatannya mengerjakan soal saat mendengar namanya dan juga nama siswa-siswi lain disebut dan diharuskan menemui pak Hikam. Ia lantas meletakkan bolpoinnya dan berdiri.