Membingkai Kata

rudy
Chapter #22

Bab 21 Hujan

 

“Itu, itu sekolah Lala.” Lala menunjuk sambil berteriak. Seolah Papan nama sebesar layar tancap itu akan terlewati tanpa terlihat.

 

Roy tertawa melihat Lala yang semangat luar biasa, tak pernah dia mendapatkan navigator yang ketika diminta menunjukkan arah memiliki semangat demikian tinggi. Tentu saja Roy sebenarnya tidak butuh penunjuk arah. Jalan menuju kota kecamatan itu hampir tanpa belokan. Mustahil tersesat, terkecuali jika orang itu tak bisa membedakan antara jalan dan pematang sawah.

 

Ada kenangan di sepanjang jalan yang masih macet seperti terakhir kali Roy ke tempat ini. Melekat di papan reklame sepanjang jalan, bergelantungan di ranting- ranting pohon akasia yang tumbuh di sepanjang jalan, dan bersemayam di pelataran parkir di depan rumah makan padang.

 

Lala duduk namun seperti sedang bermain jungkat jangkit. Dia seperti duduk di atas arang yang membuatnya selalu mengejang setiap kali pantatnya menyentuh jok. Dia melonjak- lonjak sambil duduk, menyebabkan mobil itu terus bergoyang sepanjang jalan. Hanya seutas seat belt yang menahannya untuk tidak melompat tinggi dan menubruk atap mobil.

 

Lala sudah lama sekali tidak diajak jajan. Setiap kali Lala ingin jajan dengan sedikit uang yang diberikan Teteh Mia, Teteh Rani selalu membacakan deretan daftar kebutuhan rumah atau sekolah yang harus di dahulukan. Minyak tanah, pulpen, buku tulis, penghapus, alat- alat prakarya, kaus kaki yang sudah bolong, sepatu yang sudah sempit, sandal yang alasnya sudah setipis kardus, dan masih banyak lagi. Setelah Teh Rani membacakan daftar- daftar itu Lala langsung urung membelanjakan uang jajannya. Selalu seperti itu. Lala mengerti prinsip prioritas. Hidup prihatin sejak lahir telah mengajarkan dia banyak hal, yang membuat dia lebih cepat dewasa dibandingkan teman- teman seumurannya. Dia mengerti membedakan antara kebutuhan dan kemauan.

 

Namun mementingkan kebutuhan bukan berarti kemauannya lenyap. Kemauan itu masih menggelayut di dalam hatinya, meskipun tersembunyi di sebuah sudut yang yang jarang terlihat. Dan sekarang, kemauannya sejak lama itu dengan garang beranjak keluar dari persembunyiannya, gagah perkasa dan menepuk dada, Lala mau jajan !!

Lihat selengkapnya