MEMBUNUH CUPID

Falcon Publishing
Chapter #1

Wedding Party

Cinta hanyalah ilusi.

Agno sedang menghadiri pesta pernikahan ke-647.659 yang diadakan di ballroom hotel ELEGANCE—atau mungkin lebih. Dia selalu datang ke acara semacam ini dengan setengah hati—atau mungkin tanpa hati.

Sayangnya dia tidak bisa mengomel dengan suara lantang untuk menunjukkan ketidaksukaannya. Dia juga tidak mungkin mangkir. Bisa-bisa dia langsung dapat reprimand letter 3 nanti. Gawat kalau dia kehilangan pekerjaan. Sebagai florist manager profesional, Agno harus meng-handle segala hal yang berurusan dengan bunga dengan sempurna—termasuk urusan wedding.

Agno merapikan tatanan bunga di meja sudut ruangan. Dari sana dia bisa tetap melihat acara berlanjut. Musik mulai dimainkan, menyambut pasangan pengantin memasuki ballroom. Sang pengantin pria dan sang pengantin wanita. Lihatlah betapa pengantin wanita merasa dirinya begitu memesona dalam balutan gaun putihnya, berjalan dengan anggun saat memasuki ruangan. Lengannya digandeng si pengantin pria yang raut wajahnya tak kalah semringah. Dia tersenyum, merasa dirinya wanita paling bahagia di dunia. Tanpa tahu masalah apa yang akan menjelang keesokan hari.

Tapi mereka bukan apa-apa tanpa wedding bouquet rancangan Agno. Begitu indah dalam genggaman si pengantin wanita.

Walau tidak suka pesta pernikahan, Agno memastikan rancangan bunga untuk wedding party di hotel ini harus begitu memesona, harus begitu sempurna. Perhatikan saja; lily stargazer pada wedding bouquet pengantin wanita. Anggrek tersematkan pada saku jas putih pengantin pria. Chrysanthemum melilit tiang-tiang dan juga bagian atas pintu masuk ballroom. Taburan red rose di atas karpet masuk, dan tak ketinggalan pula gerbera sebagai hiasan round table para tamu.

Agno mengecek anthurium merah yang disematkan oleh petugas banquet di bagian paling atas kue pengantin. Agno harus berdebat dulu sebelum disetujui chef. Padahal tampilan warna cerah itu begitu mencolok dan menarik saat diletakkan di atas lapisan butter kue warna putih. Si chef pada akhirnya tersenyum senang. Saran Agno selalu bisa diandalkan.

Cinta hanyalah ilusi. Dan pesta pernikahan adalah tindakan sia-sia, menghambur-hamburkan uang belaka.

Agno menempelkan tangan di dada. Berusaha meredam gerundelan hatinya yang masih terus berlanjut. Tapi tak bisa. Dia sudah sedemikian tak menyukai setiap perihal yang ada hubungannya dengan cinta atau pernikahan. Apalagi... pernikahan yang bermodalkan rasa cinta. 

Cih—

Secepat kilat Agno menguasai dirinya, dari yang marah di dalam hati, langsung sigap menyapa ramah ketika pandangan salah seorang tamu tak sengaja bersiborok dengan tatapannya. Dia mengangguk lalu tersenyum.

Setelah itu dia kembali ke pikirannya.

Lihat selengkapnya