“Kemampuan Feby menghadirkan cerita-cerita lampau yang sudah sangat familier dengan cita rasa baru bukan saja untuk menunjukkan bahwa cerita-cerita ini masih relevan, melainkan untuk mengingatkan kita bahwa cerita-cerita ini memang tidak pernah hilang. Ia tetap ada menyelusup ke ruang dan sudut-sudut yang berbeda dengan wajah yang makin akrab dan dekat dengan kita.
“Kekagetan-kekagetan pada awal cerita hanya membuat semakin ingin dibaca akhirnya, dan kejutan-kejutan yang selalu muncul di tiap akhirnya tidak hanya membuat kita lekat dan terpikat, tapi di banyak bagian ia jadi terasa hangat dan yang terpenting, kembali mengingatkan siapa sesungguhnya kita.”
—Inaya Wahid, aktor, presenter, dan aktivis Gusdurian
“Buku kedua dari trilogi Islamisme Magis ini masih menampakkan kekuatan cerpen-cerpen Feby yang mengakarkan diri pada dunia Islam yang hidup di Indonesia, bukan sekadar pada konsep atau ajaran abstrak yang abai pada gerak-gerik kenyataan sehari-hari. Ada sisi ketakjuban pada berbagai segi dunia itu. Ada pula sisi kritis di dalam cerita-cerita Feby Indirani, yang memiliki kelebihan daripada sekadar berprasangka pada dunia itu: kritik dalam buku ini adalah kritik yang empatik, dan lahir dari ‘sisi dalam’ dunia Islam yang ia hayati sebagai seorang perempuan urban di dunia modern yang penuh gejolak kini. Semua disajikan dalam sebuah kumpulan yang menampakkan perkembangan lebih lanjut dari kepenulisannya. Dalam buku ini, penulis menjelajahi minatnya atas permainan bentuk dan kemungkinan-kemungkinan naratif. Buku MEMBURU MUHAMMAD ini, selain relevan sebagai komentar atas dunia kita kini, juga melipur dengan tuturan yang cergas dan menghibur.”
—Hikmat Darmawan, peneliti budaya populer & Direktur Kreatif Pabrikultur
“Buku ini dengan sangat indah mengecam cara beragama yang tidak rahmatan lil alamin. Cara beragama yang tidak membuat manusia bahagia dan saling membahagiakan. Selamat untuk Feby!”