Memburu Imajinasi Penulis
Setiap penulis bertakhta di atas imajinasinya masing-masing. Dan pembaca, iya Anda dan saya yang tengah menyimak buku ciamik Feby Indirani ini, mengendarai imajinasi penulis untuk sampai pada imajinasi kita sendiri. Kabarnya, buku yang baik itu tidak hanya selesai berkisah tentang daya imajinasi penulis, tapi justru “baru dimulai” setelah pembaca menutup halaman terakhirnya, kemudian melayang dengan serpihan imajinasinya sendiri. Dengan deskripsi ini, saya berkeyakinan buku kumpulan cerita pendek ini berhasil membawa saya ke alam imajinasi penulis, lantas meng-eksplor habis-habisan imajinasi saya sendiri. Itu yang saya rasakan dan alami. Bagaimana dengan Anda?
Betapa tidak, saya terpana menyimak, misalnya, kisah cinta yang paling tragis. Imajinasi Feby yang bertutur lewat sudut pandang Malaikat Jibril akan kisah ketaatan dan asyik-masyuk Azazil yang ambyar setelah Tuhan menciptakan Adam, membuat saya melayang akan imajinasi cinta yang hakiki. “Cinta itu bukan teruji saat persembahan, tapi saat pengorbanan ke-aku-an diri,” begitu gumam saya.