Di dermaga Masa Lalu, di sekitar pantai Kenangan, selalu saja ada banyak laki-laki yang menunggu senja tiba seperti menunggu seorang kekasih yang telah lama pergi. Mereka akan menghadap ke barat jika waktunya telah tiba. Di situlah mulai terjadi secara bersamaan, mereka membayangkan perempuan untuk dijadikan pasangan dan selalu saja jika hal itu dilakukan, maka dalam masing-masing kepala akan menemukan perempuan yang cantik dan menggoda dengan rambut tergerai, payudara kencang, dan pinggul yang menakjubkan. Sehingga tanpa disadari, celana mereka basah. Basah yang sungguh-sungguh basah. Percayalah, basah itu bukan sebab air kencing.
Seperti sebuah ilusi, perempuan yang dibayangkan selalu sama. Padahal mereka berusaha membayangkan perempuan yang berbeda sesuai ketertarikan masing-masing.
“Ini aneh. Aku membayangkan perempuan berkerudung dan berhidung pesek,” kata lelaki yang baru tes skripsi dan sudah menjomblo lima tahun lebih lima bulan, “tetapi entah kenapa yang muncul pasti perempuan berambut panjang hitam legam tidak memakai kerudung dan hidungnya mancung.”
“Padahal aku membayangkan perempuan bermata sipit seperti ibuku. Tetapi yang muncul adalah perempuan bermata bulat dan berbinar.” Keluh pemuda keturunan Cina yang kebetulan tinggal di tepi pantai dekat dermaga Masa Lalu.
“Sungguh, aku membayangkan jodohku biasa-biasa saja dan tidak secantik perempuan itu. Aku takut nanti tidak bisa membiayai perawatan kecantikan.” Terang seorang laki-laki yang selalu saja memakai baju lusuh.
Semua pengakuan laki-laki yang berkunjung di dermaga Masa Lalu dan melakukan hal itu, pasti akan menemukan perempuan yang sama dalam bayangannya. Tetapi percayalah, sebanyak apa pun keluhan mereka dan sebejibun apa pun protes mereka terhadap bayangan itu, mereka akan tetap di sana, setiap hari menjelang magrib. Karena mereka tahu, dalam ritual itu akan berakhir dengan mimpi basah dan mereka tahu mimpi basah adalah mimpi terbaik dan terindah daripada mimpi-mimpi yang lain.
Mulanya, hanya satu orang yang mengetahui. Namanya Thomas Alfa Edison. Orang asing dan bukan Alfa penemu bohlam itu. Ia jomblo yang kesepian. Di dermaga itu ia berjalan seorang diri dan di sana ia menemui banyak berpasang-pasang laki-laki dan perempuan. Meskipun tak sedikit juga yang berjalan sendirian. Ia memaklumi karena dermaga ini memang tempat wisata meski dulu beberapa abad yang lalu tempat singgah kapal-kapal pedagang dari negeri nun jauh.
Dalam keadaan berjalan sendirian itulah ia tidak sengaja melihat laki-laki dan perempuan berciuman tanpa mempedulikan sekitarnya. Mereka berciuman lama sekali. Sebagai lelaki normal, birahinya memuncak, tetapi apa daya ia tidak punya pasangan. Selain karena ia orang asing dan gagap bahasa orang setempat, ia juga memang jomblo sejak lahir. Maka ia, pada saat senja, berdoa pada Tuhannya agar diberi pasangan. Minimal diberi petunjuk.
Ia menghadap senja sambil membayangkan jodohnya. Dan di situlah ia menemukan seorang perempuan sangat cantik dan menggoda dalam bayangannya. Ia tersihir. Ia terpana. Dan ia terpaku lama. Lalu baru menyadari semua itu ketika selangkangannya bergetar dan menemui celananya basah.
Awalnya Alfa mengira itu hanya kebetulan belaka karena sebelumnya birahinya memuncak ketika melihat orang berciuman mesra. Tetapi ketika melakukan hal yang sama di waktu yang sama, ia mendapatkan akibat yang sama pula. Sampai ia coba berkali-kali. Kalau dalam hitungan angka, akan ditemukan lima kali. Kenapa orang-orang yang biasa ke sini tidak mengetahui? Pertanyaan itu muncul di kepalanya. Akan tetapi segera ia menepis dan memaklumi bahwa ini dermaga tempat wisata. Dan tempat wisata manapun adalah tempat orang yang bahagia, bukan orang yang merenung dan membayangkan siapa jodohnya.
Dari pengalaman itulah, ia menceritakan pada tukang sapu di dermaga. Dan tukang sapu yang kebetulan tidak punya istri itu mengalami hal yang sama. Kemudian perlahan kabar itu terdengar oleh telinga banyak orang.
**