Memeluk Bapak

Daruz Armedian
Chapter #30

29

Semenjak aku dewasa, hidup terlihat tak berharga. Tidur tak lagi nyenyak dan mimpi tak lagi baik. Malam-malam terasa panjang dengan banyak persoalan. Hari-hari dipenuhi kebosanan. Waktu adalah sekumpulan kesia-siaan yang menggerogoti usiaku. Setiap detik selalu ada beban yang ia tambatkan ke pundakku.

Kadang, di waktu-waktu tertentu, aku melihat masa depanku lebih suram ketimbang kegelapan. Aku berjalan menuju ke sana tanpa penerangan, tanpa seseorang, dan tanpa harapan. Aku berjalan gontai, menyusuri jalan yang tak kunjung selesai. Jalan yang panjang, menikung, dan seperti tak ada ujung.

Semenjak aku dewasa, aku tak lagi berharap banyak pada manusia. Semuanya kurasa punya beban masing-masing. Dan aku tak ingin jadi beban yang lain. Sesekali mungkin aku akan minta tolong, dan sesekali aku akan membantu, tapi itu tak setiap waktu.

Kadang, di waktu-waktu tertentu, aku meratapi bagaimana teman-teman makin jauh, makin tak tersentuh. Tapi kadang di waktu-waktu yang lain juga aku sadar, kami tak mungkin terus bersama. Kami punya kesibukan sendiri-sendiri, kami punya pekerjaan sendiri-sendiri, kami punya mimpi-mimpi sendiri, kami punya masalah sendiri-sendiri. Dan akhirnya, kami memilih menjadi dewasa yang sendiri.

Jujur saja, semenjak aku dewasa, hidup terlihat tak berharga. Sepi dan tak berguna. Meski di hati terdalam, kadang aku masih punya setitik harapan, aku tak mau mati dengan cara yang sengaja. Aku akan terima bagaimana jalannya.[]

 

 

Malam itu bapak saya cerita kalau seorang temannya bisa sangat mudah menghitung penambahan, perkalian, pembagian, pengurangan, meskipun dalam nominal yang besar, karena bisa mengoperasikan hape. Di hape itu, kata Bapak, ada kalkulatornya. Enak juga ya, tidak perlu repot-repot mikir. Tinggal pencet-pencet angkanya, langsung keluar hasilnya.

Saya bilang, Bapak juga bisa belajar di sini. Saya menyodorkan hape. Saya bukakan kalkulatornya di situ. Karena Bapak tipe orang selalu ingin tahu hal baru, meskipun dulunya tidak pernah sekolah, dia langsung antusias dengan penawaran saya. Saya memberi tahu kalau penambahan tandanya +, kurang tandanya -, pembagian tandanya :, perkalian tandanya x, sekalian dengan letak-letaknya. Bapak memang sudah paham soal hitung-menghitung, tapi dia tidak tahu simbol-simbolnya.

Lihat selengkapnya