Memeluk Gelombang

Edelmira (Elmira Rahma)
Chapter #8

Mimpi Buruk

Nia sering mendengar bahwa Ajang Pemilihan Putri Sawarga merupakan acara yang sangat diagung-agungkan di Sukabwana. Semua orang berlomba untuk ikut berpartisipasi, baik sebagai peserta, panitia penyelenggara, atau sekadar pendukung di balik layar yang namanya tidak banyak diketahui orang. Para warga pun akan selalu menghormati putri yang terpilih sebagai tanda terima kasih untuk sang putri yang nantinya akan menjadi perwakilan dalam memperkenalkan Pantai Sawarga secara nasional.

Maka tidak mengherankan jika segala sesuatu tentang kompetisi ini begitu dirancang dengan baik. Nia tidak henti-henti berdecak kagum saat ia melihat bagian dalam Hotel Samudra sebagai salah satu tempat diselenggarakannya beberapa rangkaian acara final. Meskipun di tahap seleksi yang telah lalu ia sempat datang ke lobi hotel itu untuk didandani perias profesional, kedua matanya tetap berbinar melihat bangunan yang tidak terlalu mewah tetapi ditata dengan cukup rapi dan cantik.

Nia sungguh berterima kasih kepada Indri yang telah mengajaknya untuk melihat-lihat hotel itu. Namun, hatinya sedikit gelisah saat melihat ketua panitia yang selalu bersikap sok akrab kepadanya juga ada di sana. Nia pura-pura antusias bertemu dengan pemuda itu hanya karena ada Indri di sampingnya. 

“Aku ingin minta pendapat dari kalian tentang kamar yang nantinya akan ditempati para finalis,” ujar Jalu kemudian. “Kalian mau bantu aku?”

Lagi-lagi Nia mengiakan hanya karena terpaksa. Bersama Indri, ia mengikuti Jalu menuju kamar di lantai atas. Namun, betapa terkejut dirinya saat Indri mendorong tubuhnya dan berlari pergi, meninggalkan dirinya yang hampir menabrak Jalu. Segera sang pemuda memegang kedua bahu Nia.

“Terima kasih,” ucap Nia sambil membungkukkan badan. Dalam hati mengutuk Indri yang bersikap aneh. Dengan sopan ia berusaha menyingkirkan tangan Jalu dari bahunya, tetapi Jalu justru mengeratkan pegangannya. “Kak, tangannya ….”

“Temanmu itu memang cukup peka.” Jalu tertawa sambil menggelengkan kepala. Kini tangannya merangkul Nia erat. “Aku cuma minta dia buat bawa kamu ke sini. Tapi dia sampai membiarkan kita berduaan saja seperti ini. Aku harus memberinya hadiah untuk itu.”

Suhu dingin menjalar dari tengkuk Nia ke seluruh tubuh. Kelabakan ia memandang sekeliling kamar yang mereka masuki, tidak ada siapa pun di sana. Hanya ada dirinya dan Jalu yang kini berdiri terlalu dekat dengannya. Dengan gugup, Nia menelan ludah. Tenggorokannya terasa kering, kedua kakinya menolak untuk bergerak sedikit pun meski Jalu terus saja merapatkan tubuh mereka.

“Lepas, Kak!” Suara Nia terdengar melengking seperti kucing yang terjepit, tetapi saat ini bukan waktunya untuk merasa malu. Sinyal bahaya di kepalanya mulai berbunyi nyaring, ia harus segera menjauh dari Jalu bagaimanapun caranya. “Menjauh dariku, atau aku teriak!”

“Teriak saja! Aku hanya akan bilang kalau kita adalah kekasih yang sedang bertengkar.” Jalu mengedipkan salah satu matanya. “Nia, apa yang kamu takutkan? Aku tidak akan melakukan apa pun yang kamu tidak suka. Duduk dan tenangkan dirimu di sana.”

Jari telunjuk Jalu mengarah ke ranjang berukuran sedang yang berada tepat di hadapan mereka. Tentu saja Nia menolak dan lebih memilih untuk membuka pintu keluar. Namun, tubuh besar Jalu menghalangi pintu itu. Nia tahu betul bahwa tenaganya sama sekali bukan tandingan pemuda itu.

“Ada yang mau Kakak bicarakan denganku? Langsung katakan saja! Aku banyak urusan!” Lebih baik menyelesaikan masalah ini dengan cepat lalu segera pergi, seperti itu pikiran Nia saat ia akhirnya berjalan ke arah berlawanan dari pintu. Bukan menuju ranjang, melainkan ke arah kursi yang terletak tepat di samping jendela. 

Kira-kira apa yang Jalu inginkan? Nia tidak bodoh, ia tahu saat seorang laki-laki mempunyai ketertarikan kepadanya. Hanya saja, ia pikir Jalu akan sedikit lebih berhati-hati dan tidak akan membuatnya tidak nyaman seperti ini. Biar bagaimanapun, mereka belum lama saling mengenal. Namun, tampaknya Jalu bukan merupakan pemuda yang sabar sehingga ingin segera menyatakan perasaannya di saat mereka sedang berduaan seperti ini.

Lihat selengkapnya