Seumur hidup, Dadang belum pernah melihat begitu banyak jenis dan ukuran kamera mengarah kepadanya. Beberapa ponsel juga teracung di hadapannya, seolah-olah akan menabrak hidungnya. Wajah-wajah di balik ponsel dan kamera itu terlihat begitu tegang dan kelelahan, hanya sedikit di antara mereka yang menunjukkan rasa iba dengan tatapan yang sendu. Pertanyaan demi pertanyaan yang menyerupai satu sama lain dilontarkan hampir bersamaan. Dadang menahan diri untuk tidak menutup telinga.
Berita tentang kemalangan Nia sudah cukup menyebar, manager kasus yang pernah Dadang temui banyak membantu dalam hal ini. Koran-koran lokal juga memuat ceritanya dengan cukup detail. Setiap kali Dadang mengantar Nia terapi, ia selalu bertemu dengan cukup banyak wartawan. Sesuai dengan arahan penasihat hukum yang ditunjuk pemerintah, Dadang menjawab setiap pertanyaan dengan hati-hati.
“Hati saya perih setiap kali melihat anak saya yang terus berusaha menjalani terapi pemulihan psikologis,” jelasnya dengan sedikit gugup saat banyak wartawan menanyakan perasaannya terkait kejadian yang menimpa putrinya. Pertanyaan itu sungguh tidak perlu ditanyakan, karena jawabannya sudah pasti. Akan tetapi, Dadang berusaha tetap menjawabnya dengan sungguh-sungguh. “Rasanya saya sungguh tidak berdaya. Saya hanya bisa mendukungnya tanpa benar-benar mengobati lukanya.”
Sejenak Dadang menarik napas dalam, amarahnya mulai menggelegak bahkan di saat ia baru memikirkan apa yang hendak dikatakannya. “Seperti yang rekan-rekan semua ketahui dari berita, pada tanggal 5 Mei 2024, anak saya dijebak di kamar hotel oleh pemuda berisial J. Dia dibuat tidak berdaya dan direnggut kehormatannya begitu saja! Dia juga diancam hingga baru berani menceritakan tentang hal ini kepada ibunya tanggal 10 Juli kemarin. Di tanggal 11, saya langsung lapor polisi.”
Kedua tangan Dadang terkepal kuat. “Dua bulan! Butuh dua bulan untuknya berani bicara! Separah itu pelaku membuat anak saya trauma! Saya langsung datang dari jauh untuk menangani masalah ini. Saya akan pastikan pelaku mempertanggungjawabkan perbuatannya!”
Para wartawan kembali memberondongnya dengan pertanyaan, Dadang menjawabnya satu per satu hingga terkuak semua cerita yang ia tahu. Bahkan tidak lupa ia juga menyinggung tentang ruang percakapan antara Nia dengan Jalu. “Pelaku pasti sudah lama merencanakan semuanya! Dari caranya mengirim pesan kepada anak saya, dia membuatnya seolah-olah mereka memang punya hubungan suka sama suka. Kalau pihak kepolisian kurang teliti, mungkin anak saya akan dituduh mengada-ada.”
Dadang mengakhiri sesi wawancara dengan mengatakan bahwa ia sudah menyerahkan semua materi yang diperlukan kepada pihak kepolisian dan apabila para media masih memiliki pertanyaan tentang jalannya penyelidikan, mereka bisa langsung bertanya ke pihak penyidik.