Ileana menghela napas. Hari ini benar-benar hari yang buruk. Di pagi hari harus mendengar pertengkaran orang tua yang sangat menjengkelkan, di siang hari ia malah berkelahi dengan anak dari 11 IPS 3, dan kini ia harus menunggu jemputan di halte sendirian di tengah hujan deras.
Drrtt.. Drrtt..
Mama
Mama mau ngurusin barang-barang pindahan kita
kamu pulangnya pakai taxi online aja, nggak apa-apa kan?
Iya, Ma.
Ileana sudah menduga. Cepat atau lambat, perceraian itu akan terjadi. Selama ini, orang tuanya hanya kasihan kepada Ileana jika mereka harus berpisah. Punya Papa yang senang menghambur-hambur kan uang dan kadang lupa anak istri, membuat Ileana mengerti mengapa Mama selalu ingin bercerai dengan Papa. Ileana menatap ke arah sepatunya yang mulai basah terkena air hujan. Sedikit-demi sedikit jaketnya pun basah karena terkena tempiasan dari air hujan. "Seandainya aja, hidup seindah di dongeng. " Gumamnya pelan sambil menatap ke arah jalanan yang basah.
Brumm Brum
Sang gadis berambut kepang satu itu menoleh ke sumber suara, lalu kembali terdiam menatap jalanan aspal.
Cowok berjaket kulit hitam itu turun dari motor, ia melepaskan helmnya, dan menyibak-nyibakkan rambutnya. Kayaknya kehujanan. Gumam Ileana dalam hati ketika melirik cowok itu diam-diam.